Mohon tunggu...
Salma Laila
Salma Laila Mohon Tunggu... universitas muhammadiyah surakarta

mahasiswa ilmu quran tafsir universitas muhammadiyah surakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kerusakan Lingkungan dalam Perspektif Al-Qur'an: Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah di Bumi.

11 April 2025   08:00 Diperbarui: 14 April 2025   11:29 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto  kerusakan alam: pembuangan sampah sembaranga. Sumber: https://pin.it/4nYFLoiwC

Kerusakan Lingkungan: Antara Fenomena Alam dan Tanggung Jawab Manusia

Dalam beberapa dekade terakhir, intensitas bencana alam semakin meningkat mulai dari banjir, tanah longsor, hingga gelombang panas yang melampaui ambang normal. Perubahan ini tidak hanya terjadi secara lokal, melainkan telah menjadi persoalan global. Namun demikian, muncul pertanyaan reflektif yang layak diajukan: Apakah bencana-bencana ini murni fenomena alam, atau justru konsekuensi dari aktivitas manusia itu sendiri?

Perspektif Al-Qur'an terhadap Alam dan Kerusakannya

Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam tidak hanya membahas persoalan ibadah ritual, tetapi juga memuat prinsip-prinsip etika ekologis. Dalam QS Ar-Rum: 41, Allah SWT berfirman: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan memiliki korelasi langsung dengan ulah manusia. Al-Qur'an mengingatkan bahwa manusia diberi amanah sebagai khalifah (pemimpin) di bumi, yang bertugas menjaga keseimbangan ekosistem dan tidak melakukan tindakan yang merusak. Sebagaimana ditegaskan oleh Nurrohim (2020), "Penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an mengenai lingkungan menegaskan bahwa manusia memiliki peran sebagai khalifah di bumi, yang bertanggung jawab menjaga keseimbangan ekosistem dan mencegah kerusakan alam."

Tafsir Kontemporer terhadap Ayat-Ayat Lingkungan

Perkembangan tafsir Al-Qur'an di era modern menunjukkan kecenderungan untuk mengaitkan ayat-ayat ekologis dengan konteks kekinian. Tafsir tidak lagi hanya dipahami secara tekstual dan ritualistik semata, melainkan dikaitkan dengan persoalan nyata seperti krisis iklim dan keberlanjutan lingkungan. Menurut Riza Aditya (n.d.), "Penafsiran tradisional seringkali terfokus pada aspek teologis dan ritualistik, sementara tafsir kontemporer berusaha menghubungkan teks-teks Al-Qur'an dengan isu-isu aktual seperti perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan keberlanjutan sumber daya alam."

Pendekatan ini dapat ditemukan dalam karya para mufasir modern. Misalnya, Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar mengaitkan kerusakan alam dengan penyimpangan manusia dari nilai-nilai moral dan spiritual. Wahbah al-Zuhaili menegaskan pentingnya memaknai ayat-ayat alam sebagai etika perlindungan terhadap ciptaan Allah. Nurrahman (2022) menyatakan bahwa "Tafsir al-Qur'an mengenai kerusakan alam tidak hanya menegaskan akibat perbuatan manusia, tetapi juga sebagai peringatan agar manusia menjaga amanah sebagai khalifah."

Demikian pula, Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa "Al-Qur'an merupakan panduan praktis untuk hidup harmonis dengan alam, sehingga prinsip pelestarian lingkungan menjadi bagian esensial dari pesan keislaman" (Zakiyuddin, 2024).

Tantangan Gaya Hidup Modern dan Relevansi Islam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun