Mohon tunggu...
Salma Koulan
Salma Koulan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Bandar Lampung

Seorang mahasiswa yang suka mencoba hal baru dan memiliki hobi masak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peningkatan Kesadaran Nilai Bhinneka Tunggal Ika untuk Mencegah Rasisme yang Terjadi di Indonesia

3 Mei 2024   09:38 Diperbarui: 3 Mei 2024   10:00 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1 Sumber: Penulis

Sebagai bentuk upaya pemersatu perbedaan di Indonesia maka dilakukanlah penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar kesadaran masyarakat di Indonesia tentang rasisme yang terjadi disekitar mereka.

Sasaran penelitian ini adalah kalangan remaja dengan harapan bahwa mereka dapat mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan menerima keragaman. Alasan pemilihan remaja sebagai target adalah karena peran penting mereka sebagai generasi penerus yang akan membentuk masa depan bangsa. Dengan memperkuat pemahaman akan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dan mengedepankan pemikiran yang logis, diharapkan remaja dapat menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat. Mereka diharapkan menjadi teladan bagi generasi berikutnya dalam menghargai keragaman dan menangani rasisme. Melalui pendekatan dan strategi yang sesuai, penelitian ini bertujuan untuk membantu membentuk remaja yang toleran, inklusif, dan mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan individu lain, tanpa memandang perbedaan ras, agama, atau etnis. Perlindungan anak merupakan suatu usaha dan aktivitas yang dilakukanoleh semua lapisan masyarakat dengan kesadaran akan pentingnya peran anak-anak bagi masa depan negara. Anak-anak akan mengalami pertumbuhan fisik, mental, dan sosial yang penting, sehingga nantinya mereka akan menjadi generasi penerus yang matang (Suliyanti et al. 2022).

Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah melakukan survei dengan cara membagikan link kuisioner yang telah disusun. Terdapat satu link kuisioner yang dibuat https://forms.gle/dN5T4qQDobpt9Czr7 yaitu untuk mengetahui kesadaran responden mengenai perilaku rasisme yang terjadi disekitarnya. Total responden yang didapatkan adalah sebanyak 22 responden. Dengan menjawab pertanyaan ini, kita dapat menggali sejauh mana kesadaran dan penerimaan terhadap nilai-nilai universalitas manusia ditengah masyarakat indonesia.

Dengan menjawab pertanyaan ini, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang sejauh mana kesadaran dan penerimaan terhadap nilai- nilai universalitas manusia di kalangan masyarakat Indonesia. Pertanyaan tersebut penting karena akan mengungkap sejauh mana individu-individu di Indonesia memahami, menghargai, dan menerapkan prinsip-prinsip yang mengadvokasi keberagaman, kesetaraan, dan martabat manusia tanpa memandang perbedaan ras, agama, atau etnis. Tanggapan mereka dapat mencerminkan tingkat inklusi, toleransi, dan keterbukaan terhadap perbedaan, serta kesediaan untuk ikut berperan dalam membentuk lingkungan yang lebih harmonis dan adil bagi semua individu. Dengan demikian, jawaban terhadap pertanyaan ini akan memberikan gambaran tentang kesadaran dan

penerimaan aktual terhadap nilai-nilai universalitas manusia di Indonesia, serta menunjukkan langkah- langkah yang perlu diambil untuk memperkuat kesadaran dan praktik-praktik yang mendukung keberagaman dan kesetaraan.

Gambar 1 Sumber: Penulis
Gambar 1 Sumber: Penulis


Sekitar 36,4% orang sangat setuju bahwa tanpa memandang warna kulit dari suatu suku memiliki nilai yang sama, sedangkan 18,2% orang sangat tidak setuju atas pernyataan tersebut. Disini dapat dilihat bahwa sebagian orang belum begitu memahami konsep dari perilaku rasisme disekitarnya. Dari hasil kuisioner pertama, terlihat bahwa ada sebagian signifikan dari responden yang sangat setuju bahwa semua manusia memiliki nilai yang sama tanpa memandang warna kulit atau suku. Namun, disayangkan bahwa sebagian yang tidak sedikit juga sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukan bahwa meskipun ada kesadaran akan pentingnya kesetaraan manusia, masih ada sebagian masyarakat yang belum sepenuhnya memahami atau menrima konsep ini. Oleh karena itu, upaya untuk mencegah rasisme di Indonesia masih perlu terus ditingkatkan, baik melalui pendidikan, kampanye sosial, maupun kebijakan yang inklusif.

Diskriminasi rasial tidak hanya menyangkut masalah individu, tetapi juga mencoreng prinsip-prinsip kemanusiaan yang mendasari hak setiap individu untuk diperlakukan dengan adil dan tanpa diskriminasi. Dalam konteks ini, penting untuk mengeksplorasi pandangan masyarakat terhadap kesesuaian tindakan diskriminatif dengan nilai-nilai hak asasi manusia. Perlindungan anak dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perlindungan hukum dan non hukum. Perlindungan di bawah hukum perdata dan publik, sementara perlindungan non-yuridis mencakup sektor sosial, kesehatan, dan pendidikan. Perlindungan hukum anak berkaitan dengan semua undang-undang yang secara langsung memengaruhi kehidupan anak atau mengatur kehidupan mereka (Hasan et al. 2023).

Gambar 2 sumber: penulis
Gambar 2 sumber: penulis

Terlihat bahwa mayoritas responden, sebanyak 45,5%, sangat setuju bahwa tindakan diskriminatif berdasarkan ras merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Namun, disayangkan bahwa sebagian kecil, sekitar 9,1%, tidak setuju dengan gagasan tersebut, bahkan menganggap bahwa perilaku ini bukan termasuk pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada pemahaman yang luas tentang pentingnya menghindari diskriminasi rasial dalam konteks hak asasi manusia, masih ada sebagian masyarakat yang belum sepenuhnya menyadari urgensi dan keberatan terhadap tindakan semacam itu. Dalam realitas yang kompleks ini, penting bagi kita untuk tidak hanya menyoroti perspektif mayoritas yang telah menyadari bahaya diskriminasi rasial, tetapi juga memperhatikan kelompok minoritas yang masih meragukan atau bahkan menolak gagasan bahwa tindakan diskriminatif berdasarkan ras merupakan pelanggaran hak asasi manusia.
Kejahatan dalam kehidupan manusia adalah fenomena sosial yang tak terhindarkan bagi setiap individu, masyarakat, bahkan negara. Meskipun berbeda tempat dan waktu, modus operandi kejahatan sering kali tetap sama. Namun, tingkat ancaman hukuman yang beragam tidak selalu mencegah seseorang dari melakukan tindak kejahatan atau pelanggaran (Farid and Hasan 2022).  Penting untuk diakui bahwa pandangan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk latar belakang budaya, pendidikan, pengalaman hidup, dan pengaruh lingkungan sekitar. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan dalam upaya edukasi dan advokasi untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya menghormati hak asasi manusia dalam segala situasi, tanpa terkecuali. Melalui dialog terbuka, pertukaran pendapat yang menghargai keberagaman pandangan, dan peningkatan kesadaran akan konsekuensi negatif dari tindakan diskriminatif, kita dapat memperkuat fondasi kesatuan dalam menghadapi tantangan rasisme dan memperjuangkan hak asasi manusia untuk semua individu, tanpa terkecuali (Hasibuan 2021).
Rasisme, sebagai bentuk diskriminasi yang didasarkan pada ras atau etnis, tidak hanya merusak hubungan antarindividu, tetapi juga mengganggu keharmonisan dalam dinamika sosial secara keseluruhan. Dalam konteks ini, penting untuk mengeksplorasi pandangan masyarakat terhadap kemampuan rasisme dalam mengganggu kohesi sosial dan mempengaruhi dinamika hubungan di tengah-tengah masyarakat.

Gambar 3 sumber: penulis
Gambar 3 sumber: penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun