Mohon tunggu...
Salma Dwi Sabrina
Salma Dwi Sabrina Mohon Tunggu... Mahasiswa

Thinking and Writing

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sering Curhat di Media Sosial? Yuk, Pikir Ulang Sebelum Posting!

23 Juli 2025   13:17 Diperbarui: 23 Juli 2025   13:17 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi wanita sedang memposting di sosial media (istockphoto.com/MStudioImages) 

Di zaman sekarang, media sosial udah kayak buku harian digital. Tempat kita nyimpan momen-momen kecil sehari-hari, mulai dari foto makanan, OOTD, sampai curhatan tengah malam soal patah hati. Awalnya Cuma pengen berbagi, tapi kadang tanpa sadar, kita kebablasan. Hal-hal pribadi yang seharusnya cukup kita simpan sendiri malah diumbar ke publik. Nah, kebiasaan ini dikenal sebagai oversharing berbagi terlalu banyak hal pribadi di media sosial tanpa pertimbangan matang.

Awalnya oversharing memang terasa melegakan. Kayak ada yang "dengerin" meski kenyataannya orang mungkin cuma sekedar scroll. Tapi kalau keterusan, bisa jadi bumerang. Postingan kita bisa disalahpahami, dijadikan bahan gosip, atau malah bikin kita makin gelisah karena terlalu berharap validasi dari komentar orang lain..

Dampak Oversharing di Media Sosial:

  • Capek mental
    Terlalu sering curhat dimedia sosial bikin makin susah move on. Kalau responnya nggak sesuai harapan, malah jadi kepikiran terus.
  • Privasi? Bye!
    Kebanyakan cerita bikin kita lupa batas. Lama-lama hal yang seharusnya pribadi malah jadi konsumsi publik.
  • Bikin malu di kemudian hari
    Yang dulu kayaknya " jujur banget", bisa bikin cringey pas dilihat lagi. Apalagi kalau yang lihat orang baru atau atasan
  • Relasi bisa renggang
    Curhat soal masalah keluarga, sahabat, atau pacar secara publik tanpa izin bisa bikin hubungan jadi retak.
  • Jadi sasaran empuk
    Informasi pribadi yang tersebar bisa dimanfaatin orang buat hal-hal yang nggak baik, dari drama sampai manipulasi.

Kenapa Kita Perlu Belajar Menyimpan Cerita?

Kadang kita lupa, nggak semua hal harus dibagikan. Nggak semua orang harus tau kalau kita lagi marahan sama sahabat, habis putus atau kecewa sama keluarga. Ada ruang-ruang dalam hidup yang perlu kita jaga sendiri. Bukan karena pura-pura kuat, tapi karena kita butuh batas untuk menjaga kewarasan.

Lagi pula, hidup kita tuh bukan konsumsi publik sepenuhnya. Kita berhak milih mana yang mau dibagi dan mana yang cukup disimpan. Diam bukan berarti memendam tapi menjaga. Menjaga hati dari ekspektasi, menjaga pikiran dari penilaian, dan menjaga cerita berharga biar tetap bermakna.

Kita bisa tetap hadir di media sosial tanpa harus mengumbar semuanya. Bisa tetap jujur tanpa harus membuka luka. Bisa tetap terkoneksi tanpa kehilangan batas.

Tips biar nggak terjebak oversharing:

  • Tunda sebelum posting.
    Simpan dulu di draft, baca lagi setelah beberapa jam. Masih yakin mau upload?
  • Tulis di buku harian atau note.
    Curhat nggak harus selalu di story. Kadang menulis buat diri sendiri jauh lebih menyembuhkan.
  • Gunakan fitur close friends/private.
    Kalau butuh cerita, batasi audiensnya. Bukan semua hal pantas dilihat ratusan orang.
  • Tanya: "Ini cuma tentang aku, atau melibatkan orang lain juga?"
    Jangan sampai kamu buka privasi orang lain tanpa izin.
  • Fokus ke solusi, bukan drama.
    Saat curhat, coba arahkan ke pelajaran yang bisa diambil. Tetap jujur, tapi nggak dramatis.
  • Ingat, media sosial bukan tempat terapi.
    Kalau kamu butuh ruang yang benar-benar aman buat cerita, datanglah ke orang terdekat atau profesional.

Sebelum posting sesuatu, coba tanya dulu ke diri sendiri yaa !!!

  • "Aku nyaman nggak kalau ini dilihat banyak orang?"
  • "Perlu banget nggak dibagi, atau cuma butuh pelampiasan sesaat?"
  • "Kalau ada komentar nyinyir, aku siap nggak nerimanya?"
  • "Ini beneran penting untuk orang lain tahu, atau cukup buat diri sendiri?"

Menyimpan sebagian cerita bukan berarti kita nutup-nutupin kenyataan atau pura-pura bahagia. Justru itu tanda kita dewasa dan tahu batas. Karena nggak semua yang kita alami harus dibagi ke dunia. Kadang, cukup disampaikan ke diri sendiri dan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun