Mohon tunggu...
Yuni Bues
Yuni Bues Mohon Tunggu... -

- Suka makan & ketawa\r\n- Karyawati di satu perusahaan di Jerman

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Tradisi Meramal dalam Perayaan Tahun Baru di Jerman

2 Januari 2016   18:53 Diperbarui: 2 Januari 2016   19:12 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perayaan malam tahun baru merupakan salah satu perayaan terbesar di Jerman di samping Natal. Hal ini bisa dilihat dari masih penuh-sesaknya pusat-pusat perbelanjaan oleh warga setempat maupun turis untuk mempersiapkan segala kebutuhannya dalam menyambut malam pergantian tahun tersebut. Toko-toko masih ramai diserbu pembeli. Saya & suami yang sudah berada di dalam sebuah supermarket, langsung memutuskan untuk keluar tanpa belanja apapun, karena barisan panjang yang mengular di kasir.

Setelah melakukan makan malam bersama keluarga di restauran, kami memutuskan untuk kembali ke rumah & menghabiskan malam pergantian tahun hanya berdua saja. Semua kebutuhan (makanan & minuman) sudah disediakan beberapa hari sebelumnya, yang nantinya akan dinikmati sambil nonton film. Selain itu saya mau mencoba meramal peruntungan sendiri di tahun depan dengan bantuan Bleigießen (timah hitam yang dicairkan). (Inilah pertama kali dalam hidup saya melakukan praktek ramalan. Saya tidak memikirkan hasil akhirnya, yang penting bisa menghabiskan malam tahun baru dengan orang yang saya cintai).

Di sini peramalan dengan bantuan Bleigießen sudah lama eksis & dipraktekkan menjelang malam tahun baru. Karena mudah dikerjakan & murah harganya, makanya barang ini laku keras di pasaran, di samping penjualan minuman beralkohol, petasan & kembang api. 
Kebiasaan (tradisi) yang sudah turun-menurun ini tidak diketahui kapan mulai ada di sini. Hanya yang bisa diketahui, bahwa meramal dengan bantuan Blei (timbel) sudah eksis sejak jaman Romawi.

Di dalam satu kemasan Bleigießen yang saya beli (1,75€) terdiri dari 6 figur (terbuat dari timbel/Blei) & 1 sendok. Sedangkan di belakangnya terdapat peringatan yang harus dihindari selama pemakaian, mis.tidak diperbolehkan untuk anak di bawah umur 14 thn., jangan sampai tertelan, jauhi dari minuman & makanan, dsb.nya. (Timbel adalah racun). 

Selain itu ada juga keterangan dari wujud akhir timbel setelah melalui proses pembakaran & pencelupan di dalam air. Mis., jika wujudnya menyerupai jempol tangan (Daumen) artinya akan ada kemajuan. 

Semua wujud yang terbentuk disusun berdasarkan urutan alfabet, mulai dari A (mis.Adler 'burung rajawali') sampai S (mis.Säbel 'pedang'). Hal ini gunanya untuk kita bisa mencari lebih cepat arti dari wujud yang terbentuk. 

Ikan paus atau ikan hiu?

Praktek yang dilakukan dalam meramal ini sangat mudah sekali. Pertama-tama kita menghidupkan lilin. Kemudian isi sendok dengan salah satu figur & panaskan di atas lilin yang menyala. Setelah timbel mencair, cepat-cepat tuangkan cairan tersebut ke dalam wadah yang berisi air. Setelah timbel kembali mengeras, maka akan terbentuk suatu wujud. Tinggal kita mereka-reka wujud apa itu sebenarnya & mencari artinya di petunjuk yang ada. 

Bleigießen, terlepas dari unsur ramal-meramal, sebenarnya merupakan kegiatan dengan faktor sosial yang kuat. Kita, entah bersama keluarga ataupun teman, diajak berkumpul & duduk di satu meja dengan memperhatikan satu objek penting. Rasa ketertarikan akan obyek yang sama jelas menumbuhkan adanya ikatan sosial (batin) yang kuat. Bersama-sama kita berkonsentrasi pada "proses" yang sama, di mana di dalamnya terkandung unsur permainan, ketegangan sekaligus juga kesenangan. Sambil menunggu proses tersebut, sesama peserta bisa membicarakan segala hal yang diinginkan. Bahkan untuk memformulirkan 'wujud yang pas' diperlukan juga bantuan dari mereka, agar bisa menentukan hasil ramalan. (Gotong-royong berjalan juga).

Tradisi Bleigießen bisa terus eksis di Jerman, karena 'permainan' ini menonjolkan lebih banyak aspek sosial yang positif. Di mana di dalamnya ada rasa kebersamaan yang kental sekali dari bermacam-macam individu, baik yang sudah kita kenal sebelumnya maupun tidak. 

Anggota keluarga yang tadinya berpencar atau tidak ada waktu untuk berkumpul, begitu juga dengan sahabat, tiba-tiba bisa duduk satu meja hanya untuk kepentingan yang sama. Memperhatikan wajah-wajah yang gembira sekaligus tegang dalam menunggu hasil ramalan, tentunya memberikan nuansa yang berbeda dibandingkan dengan hanya makan bersama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun