Mohon tunggu...
Salim Rahmatullah
Salim Rahmatullah Mohon Tunggu... Freelancer - Scholarship Hunter

Scholarship Hunter I Soc-Environment Campaigner I HIMMAH NW I Blogger I Traveller and so on.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dua Hari di Madura: Merasakan Sensasi Sate, Kopi, Goyangan Perahu, hingga Oksigen Segar Gili Iyang

23 September 2019   09:00 Diperbarui: 23 September 2019   09:10 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa hasil jepretan foto selama berkeliling Madura/dokpri

Menariknya, penduduk yang tinggal di tempat ini memiliki usia yang panjang. Wah...wah... bikin penasaran dong. Makanya, daerah ini menjadi spot yang kami kunci untuk dituju. Bapak dosen kece pun gas polllll ke Gili Iyang, karena jarak Pamekasan ke tempat ini lumayan menyita waktu.

Setelah berkendara cukup lama, kami  sampai di Dungkek, suatu daerah, di mana kapal-kapal motor menyebrangkan warga ke Pulau Oksigen. Gelombang dan angin pagi itu cukup keras, membuat kapal-kapal yang bersandar bergoyang-goyang. Beberapa kapal sedang bongkar-muat muatan. Kami harus menunggu, sampai kapal yang akan kami tumpangi mendapatkan waktunya bongkar-muat.

Waktu menunggu ini kami gunakan untuk berfoto dan bercerita. Warga setempat ada yang bercerita kalau beberapa waktu lalu, ada kapal yang tenggelam karena kerasnya gelombang, sekitar 30 orang meninggal dunia. Cerita itu membuat kami takut, gelisah, bahkan ada yang bercanda ingin membuat wasiat. 

Pemandangan yang Nampak semakin menggelisahkan, deburan gelombang, menggoyangkan kapal-kapal yang menyebrang, goyangannya terlihat menakutkan, seperti mau tenggelam. Aku sendiri mencoba untuk tenang, sembari menebar semangat positif.

Giliran kapal yang kami tumpangi menaikkan muatan. Berbagai barang-barang kebutuhan keluarga, barang dagangan, antena TV, kulkas,  dan lain-lain diangkut. Benar sekali, penyebrangan kami ke Gili Iyang sangat memacu adrenalin, kapal bergoyang terhempas gelombang tinggi, zikir membathin  kulakoni, teman-teman memberikan senyum palsu tanda gelisah. 

Kontras sekali dengan penumpang lain yang merupakan warga sekitar, raut muka mereka biasa saja, bercengkrama dengan yang lain tanpa takut, merokok dengan santai. Ketakutan kami bukan tak beralasan, jika kapal ini terbalik, maka tamat sudah riwayat kami, karena perjalanan ini tidak menyediakan pelampung sama sekali.

Syukur kami beribu, akhirnya setelah dihantui kegelisahan selama satu jam, kami sampai di Gili Iyang. Terlihat sepi, hanya ada beberapa warga sekitar yang hendak menunggu barang-barang mereka. Tempat bersandar kapal hanya jembatan kecil terapung.

Mengendarai Viar, motor roda tiga dengan bak terbuka, kami menjemput pesona Gili Iyang titik per titik. Titik pertama, sebuah rumah yang dihuni bapak dan ibu berumur mencapai satu abad. Waow...gila... Bapak Sahlan berumur 120 tahun dan istrinya 100 tahun. 

Ajaibnya mereka sehat, layaknya orang tua yang berumur 60 tahun. Di rumah mereka inilah dibuka untuk kedatangan para tamu, ada tulisan tentang titik oksigen, WC yang katanya hadiah dari Jokowi, hingga warung sederhana yang menjajakan barang dagangan yang tak seberapa.

Patut untuk dikagumi, udara di sini memang terasa segar. Menurut cerita bapak, sudah banyak orang penting negeri ini yang singgah, bahkan bermalam untuk merasakan kesegaran oksigen Gili Iyang. Titik- titik oksigen tersebar di pulau ini. Pulau dengan tingkat oksigen terbaik kedua di dunia, setelah Yordania. 

Aku tak mengerti, kenapa bisa jadi tempat oksigen terbaik. Jelasnya, menurut cerita bapak, dulu ada helikopter yang berkelindan di atas pulau ini. Tidak lama setelah kejadian itu, orang- orang dari Jakarta datang  dan memeriksa, membawa alat, yang hasilnya menunjukkan Gili Iyang memiliki kadar oksigen yang baik. Kondisi inilah yang disinyalir menjadi sebab banyak warga yang berumur panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun