Mohon tunggu...
Safri Barung
Safri Barung Mohon Tunggu... Guru di SMP NEGERI 3 NDOSO. Guru Penggerak Angkatan 7

Menyanyi, Memasak, Cari Kayu Ap. dll

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Farli Anak Istimewa

30 September 2025   23:44 Diperbarui: 30 September 2025   22:45 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Benar saja, beberapa saat kemudian, burung pipit itu terbang cepat ke atap dan terdengar suara cicitan yang lebih keras, diikuti dengan suara kepakan sayap seolah terjadi 'perang kecil'.

Andini tertegun. "Bagaimana kau tahu?"

Farli tersenyum, senyum tulus yang membuat matanya berkerut. "Huruf di buku itu terlalu diam. Tapi suara burung ini bergerak dan bercerita lebih jelas, Risa."

Bagi Farli, alam adalah buku teksnya. Angin adalah kata kerja, daun yang gugur adalah kata sifat, dan matahari terbit adalah sebuah paragraf pembuka yang spektakuler setiap hari.

Warna Sepeda yang Terluka

Kebahagiaan Farli sering muncul dari momen-momen yang ia 'baca' melalui penglihatannya.

Ia punya sepeda tua berwarna merah cerah. Sepeda itu penuh lecet dan karat. Anak-anak lain mungkin akan malu. Tapi bagi Farli, lecet itu adalah tanda jasa sepedanya.

"Sepeda, kamu sudah hebat hari ini," bisik Farli sambil mengelap sadelnya. "Kamu memang tidak bisa mengeja, tapi kamu tahu jalan pulang lebih cepat daripada aku mencari alamat di peta."

Saat ia mengayuh sepeda itu, Farli tidak merasakan lelah. Ia merasakan kebebasan. Ia berteriak gembira saat sepedanya melompati lubang kecil di jalan tanah, merasakan cipratan air di kakinya. Ini adalah sensasi, bukan sebuah paragraf yang harus dipahami.

Suatu sore, saat ia sedang bermain sendirian di taman, Bu Wati, sang guru, menghampirinya.

"Farli," kata Bu Yulia lembut. "Kamu tahu kan, kamu harus lebih rajin membaca. Dunia ini butuh kata-kata."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun