Pernah nggak sih, lihat adik, sepupu, atau bahkan kamu sendiri yang Gen Z, jago banget ngulik teknologi, bikin konten, atau ngoding, tapi pas interview kerja malah grogi, keringat dingin, dan jawabannya muter-muter? Padahal, kalau soal skill, portofolio, sampai sertifikat, mereka nggak kalah sama generasi sebelumnya. Tapi giliran duduk di depan HRD, tiba-tiba semua ilmu kayak menguap. Kenapa ya, fenomena ini makin sering kejadian?
Gen Z: Skill Nggak Main-main!
Nggak bisa dipungkiri, Gen Z itu generasi paling adaptif sama teknologi. Mereka belajar dari YouTube, kursus online, sampai TikTok. Data dari LinkedIn 2024 bilang, 7 dari 10 Gen Z Indonesia punya skill digital yang di atas rata-rata Asia Tenggara. Dari desain grafis, digital marketing, UI/UX, sampai coding, mereka bisa semua. Bahkan, banyak yang udah punya portofolio freelance sebelum lulus kuliah.
Tapi, survei Jobstreet 2024 juga bilang, 65% HRD merasa Gen Z sering gagal di tahap interview, padahal CV dan portofolio mereka keren. HRD bilang, sering banget nemu kandidat Gen Z yang jawabannya singkat, kurang percaya diri, atau malah terlalu jujur soal kelemahan diri sendiri.
Kenapa Interview Jadi Momok?
Pertama, Gen Z tumbuh di era serba digital. Mereka terbiasa komunikasi lewat chat, DM, atau voice note. Ketika harus ngobrol tatap muka, apalagi sama orang asing yang lebih tua, banyak yang jadi canggung. Apalagi kalau interview-nya formal, pakai jas, duduk tegak, dan disuruh "ceritakan tentang diri Anda", langsung blank.
Kedua, Gen Z terbiasa dengan feedback instan. Di dunia digital, kalau posting sesuatu langsung dapat like, komen, atau reaksi. Sementara interview kerja itu prosesnya lama, kadang nunggu kabar berminggu-minggu, bahkan nggak ada feedback sama sekali. Ini bikin mereka gampang insecure dan overthinking.
Ketiga, Gen Z cenderung perfeksionis dan takut gagal. Mereka sering membandingkan diri dengan orang lain di media sosial. Begitu gagal sekali, langsung mikir, "Aku nggak cukup bagus." Padahal, interview kerja itu memang soal latihan dan jam terbang.
Cerita di Balik Interview Gen Z
Ada cerita lucu dari salah satu temenku, fresh graduate jurusan IT. Di kampus, dia juara lomba coding, sering jadi mentor, dan portofolionya cakep banget. Tapi pas interview di startup, dia malah grogi, ngomong belepotan, jawab pertanyaan "kenapa mau kerja di sini?" Cuma, "Soalnya saya butuh kerja." HRD-nya sampai senyum-senyum geli.
Ada juga cerita dari temenku, anak desain grafis yang portofolionya viral di Instagram. Pas interview, dia malah terlalu jujur bilang, "Saya nggak suka kerja lembur, soalnya suka ganggu waktu nonton drakor." HRD-nya langsung mikir dua kali, padahal skill dia nggak main-main.
Faktor Lingkungan dan Pendidikan
Faktor lain yang bikin Gen Z susah interview adalah pola pendidikan yang masih fokus ke teori, bukan soft skill. Banyak sekolah dan kampus yang jarang kasih latihan presentasi, debat, atau simulasi interview. Akhirnya, Gen Z jago di hard skill, tapi kurang latihan ngobrol formal.
Selain itu, budaya keluarga juga berpengaruh. Banyak Gen Z yang sejak kecil nggak dibiasakan ngobrol sama orang dewasa di luar lingkungan sendiri. Jadinya, pas harus ngobrol sama HRD atau atasan, mereka gampang gugup.
Harapan dan Solusi Buat Gen Z
Sebenarnya, Gen Z punya potensi luar biasa. Mereka Cuma butuh lebih banyak latihan komunikasi dan percaya diri. Banyak perusahaan sekarang mulai sadar, akhirnya bikin proses interview yang lebih santai, pakai video call, atau ngobrol sambil ngopi. Ada juga yang kasih pertanyaan kreatif, bukan cuma standar "kenapa kami harus menerima Anda?"
Tips buat Gen Z yang mau interview: latihan jawab pertanyaan umum, rekam diri sendiri, minta feedback dari teman, dan jangan takut untuk jadi diri sendiri. Kalau gagal sekali dua kali, itu wajar banget. Interview itu soal latihan dan jam terbang, bukan soal siapa paling pintar.
Buat HRD dan perusahaan, yuk, lebih terbuka sama gaya komunikasi Gen Z. Mereka mungkin nggak seformal generasi sebelumnya, tapi ide dan kreativitas mereka bisa jadi aset luar biasa buat perusahaan. Kadang, mereka Cuma butuh sedikit waktu buat adaptasi dan tunjukin kemampuan terbaiknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI