Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoal Banyumas Extravaganza

29 Januari 2019   16:03 Diperbarui: 29 Januari 2019   16:24 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum lama ini menjelang perayaaan Hari Jadi Banyumas yang ke-448, 22 Februari 2019, teman-teman yang tergabung dalam DKKB (Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas) tergopoh-gopoh pergi ke Dinporabudpar Kabupaten Banyumas menemui Kepala Dinporabudpar Azis Kusumandani untuk mengusulkan perubahan nama Banyumas Extravaganza.

Lha ... lha ... apa jeneng Banyumas Extravaganza arep deganti? Teman-teman DKKB membaca di media massa lokal banyak kritikan Banyumas Extravaganza keminggris. Apa nggak ada istilah yang lebih Indonesia atau lebih mbanyumasi? Jane, apa si Banyumas Extravaganza itu? Oooo ... karnaval budaya atau pawai budaya Banyumas yang digelar pada bulan April untuk merayakan Hari Jadi Banyumas.

Banyumas Extravaganza sebenarnya pengambilalihan dari acara Pawai Budaya yang digelar DKKB sejak tahun 2005. Tujuannya untuk mempromosikan seni budaya yang ada di Banyumas melalui pawai budaya atau arak-arakan seni budaya yang ada di 27 kecamatan di Banyumas. Diarak keliling kota oleh DKKC (Dewan Kesenian Kecamatan) agar masyarakat tahu, ooo ... ini rengkong dari Kecamatan Kedungbanteng, cowongan dari Karanglewas, pakeong dari Kembaran dll.

Gegara kasus pembongkaran Alun-alun Purwokerto pada tahun 2008 terjadilah bentrok antara Bupati dengan DKKB yang menolak pembongkaran alun-alun model jalan membelah tengah dan dua wringin kembar di tengah, warisan Adipati Yudhanegara III. Bupati pun menyetop anggaran untuk DKKB dan DKKB pun menghentikan Pawai Budaya tersebut. Lalu, akhirnya Bupati lewat Dinporabudpar mengambil alih Pawai Budaya dengan mengganti nama menjadi Banyumas Extravaganza.

Begitulah kisahnya. Kalau dulu zaman Pawai Budaya menitikberatkan pada seni budaya Banyumas, entah itu musik, tari, legenda, mite, babad, ritual dll. Banyumas Extravaganza cenderung ke fashion, meniru Jember Carnival. Banyumas Extravaganza pun menambah jumlah kontingen. Selain kontingen utama dari 27 kecamatan ditambah peserta dari para pelajar SMP/SMA/SMK/MA yang kerap mengeluh karena biaya kostum  fashion amat mahal. Kontingen ketiga dari para pengusaha, lembaga, intansi ataupun organisasi jadi mirip pawai pembangunan.

Dahulu saat Pawai Budaya digelar DKKB pelaksanaanya digilir dengan arisan. Pawai Budaya pernah digelar di Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Banyumas. Jadi arak-arakan budaya ini tidak harus memusat di kota namun tersebar di setiap kecamatan secara bergilir agar warga desa pelosok pun bisa menikmatinya. Tidak harus pergi jauh menumpuk di kota.

Beberapa kritikan untuk Banyumas Extravaganza,

Selain istilah Extravaganza yang kebarat-baratan, kritikan atau masukan terhadap penyelenggaraan Banyumas Extravaganza yang dikutip dari pemberitaan media lokal, antara lain :

Satu. Waktu yang tidak tepat, jadi sepi. Ini,  diakui Wakil Bupati Banyumas dr Budhi Setiawan. "Kurang meriah memang," katanya. Kurang mendapat dukungan dari masyarakat. Tapi, itu lebih karena waktu penyelenggaraannya yang kurang tepat. "Ya itu, karena situasinya sekarang habis Lebaran"

Dua. Karnaval Banyumas Extravaganza  yang digelar siang hari juga menjadi salah satu penyebab kurang meriahnya acara tersebut. Untuk itu, Bupati Banyumas Ir H Achmad Husein sepakat gelaran Karnaval Banyumas Extravaganza akan diadakan malam hari.

Tiga. Banyumas Extravaganza diharapkan dapat menyuarakan potensi wisata Banyumas kepada dunia. Maka, Gubernur Ganjar Pranowo pun berharap, Banyumas Extravaganza menjadi pawai budaya yang diperluas, dalam arti tidak hanya diikuti oleh peserta dari Kabupaten Banyumas, namun dari kabupaten di sekitarnya di wilayah eks karesidenan Banyumas, sehingga event ini dapat menduniakan Banyumas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun