Mohon tunggu...
Saepul Alam
Saepul Alam Mohon Tunggu... Penulis

Geopolitics, Democracy, Activism, Politics, Law, and Social Culture.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Perang Hibrida China vs Taiwan: Strategi Tanpa Batas

12 Oktober 2025   20:20 Diperbarui: 12 Oktober 2025   20:27 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi China vs Taiwan (Sumber Gambar: iStock/bymuratdeniz)

Selain serangan siber dan tekanan ekonomi, latihan militer China di sekitar Selat Taiwan menjadi bentuk nyata intimidasi. Puluhan jet tempur dan kapal perang kerap melintasi batas pertahanan udara Taiwan.

Meskipun tidak ada peluru yang ditembakkan, dampaknya terasa besar. Masyarakat Taiwan hidup dalam ketegangan konstan, dan dunia terus memantau perkembangan situasi ini dengan cemas. Strategi ini disebut "perang psikologis berskala tinggi" membuat lawan merasa tertekan tanpa perlu melepaskan tembakan.

Peran Amerika Serikat dan Sekutunya

Dukungan Amerika Serikat kepada Taiwan menambah dimensi global pada konflik ini. Washington secara konsisten menyediakan peralatan militer, teknologi pertahanan, dan pelatihan pasukan kepada Taipei.

Bagi China, ini adalah bentuk campur tangan asing. Namun bagi AS, Taiwan adalah benteng demokrasi dan garis depan dalam menahan ekspansi pengaruh Beijing di Indo-Pasifik.

Negara-negara seperti Jepang, Australia, dan Filipina pun memperkuat hubungan militer mereka dengan AS, menciptakan jaringan pertahanan regional yang menjadikan konflik Taiwan bukan lagi isu bilateral, melainkan ancaman geopolitik global.

Strategi Taiwan: Ketahanan Siber dan Identitas Digital

Taiwan tidak tinggal diam. Pemerintahnya memperkuat ketahanan siber nasional dan pendidikan literasi digital agar masyarakat tidak mudah termakan propaganda.

Selain itu, muncul gerakan nasionalisme digital, di mana anak muda Taiwan aktif membangun narasi tandingan melalui media sosial. Mereka menampilkan Taiwan sebagai negara demokratis, terbuka, dan modern, berbeda dari citra otoritarian yang diasosiasikan dengan China daratan.

Risiko Eskalasi: Dari Hibrida ke Perang Terbuka

Meski bentuknya non-konvensional, perang hibrida memiliki risiko tinggi. Salah perhitungan kecil, seperti tabrakan kapal atau pelanggaran wilayah udara, bisa memicu konflik bersenjata langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun