Meskipun Guinea telah merdeka sejak 1958, sektor pendidikan masih menghadapi tantangan besar. Tingkat melek huruf di negara ini masih tergolong rendah, terutama di daerah pedesaan dan di kalangan perempuan. Menurut data terbaru, tingkat melek huruf orang dewasa hanya sekitar 30-40 persen.
Beberapa faktor yang memengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Guinea antara lain kekurangan guru, fasilitas yang buruk, serta kemiskinan yang membuat banyak anak harus bekerja membantu keluarga.
Pemerintah dan organisasi internasional telah melakukan berbagai inisiatif untuk memperbaiki kondisi ini, tetapi kemajuan masih berjalan lambat.
8. Bahasa Resmi Prancis, Tapi Bahasa Lokal Tetap Dominan
Sebagai bekas koloni Prancis, bahasa resmi Guinea adalah bahasa Prancis. Bahasa ini digunakan dalam administrasi, pendidikan formal, dan media nasional. Namun dalam kehidupan sehari-hari, bahasa lokal jauh lebih umum digunakan.
Bahasa seperti Pular (bahasa Fulani), Malinke, dan Susu digunakan oleh berbagai kelompok etnis dan memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam budaya lokal. Bahkan, dalam beberapa kasus, pendidikan dasar di daerah pedesaan dilakukan dalam bahasa ibu sebelum beralih ke bahasa Prancis.
Keanekaragaman linguistik ini membuat Guinea menjadi negara multibahasa yang menarik dari perspektif linguistik dan sosiologis.
9. Guinea Memiliki Potensi Pariwisata yang Masih Belum Tergarap
Meskipun belum menjadi destinasi wisata utama, Guinea menyimpan keindahan alam yang luar biasa. Terdapat Taman Nasional Haut Niger yang menjadi habitat bagi berbagai spesies langka, termasuk simpanse dan berbagai jenis burung eksotis.