Membentuk Karakter Religius Sejak Dini: Praktik Tadarus dan Salat Jamaah di SD Negeri 2 Kaliajir
Oleh: Saefuloh, S.Pd.
Di tengah dinamika pendidikan yang semakin kompleks, pembentukan karakter peserta didik menjadi tanggung jawab utama satuan pendidikan. Karakter religius, yang mencerminkan nilai-nilai spiritual dan akhlak mulia, merupakan fondasi penting dalam membentuk manusia utuh. Pendidikan karakter ini tidak bisa hanya ditekankan melalui ceramah teoritis, tetapi perlu diinternalisasikan melalui pembiasaan yang konsisten dan penuh keteladanan.
Di SD Negeri 2 Kaliajir, Kabupaten Banyumas, pendekatan pembiasaan menjadi strategi utama dalam membangun karakter religius siswa. Sekolah yang berada di wilayah pegunungan ini mengembangkan budaya sekolah berbasis nilai-nilai keagamaan Islam melalui kegiatan tadarus dan salat berjamaah yang dilakukan secara terstruktur dan rutin.
Tadarus Sebelum Belajar: Menyucikan Hati, Membangun Disiplin
Kegiatan tadarus Al-Qur'an menjadi pembuka hari sebelum pembelajaran dimulai. Seluruh siswa, mulai dari kelas 1 hingga kelas 6, dibiasakan membaca Al-Qur'an secara bersama-sama di kelas masing-masing. Suasana pagi menjadi lebih tenang dan khidmat, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran. Kebiasaan ini tidak hanya memperkuat keterampilan membaca Al-Qur'an, tetapi juga menanamkan sikap disiplin, fokus, dan cinta terhadap kitab suci sejak usia dini.
Salat Duha Berjamaah: Menanam Nilai Spiritual dalam Keseharian
Setiap hari Rabu, Kamis, dan Sabtu, seluruh siswa dari kelas 1 hingga kelas 6 melaksanakan salat Duha berjamaah di halaman sekolah. Kegiatan ini menjadi momen penting dalam membentuk kesadaran spiritual dan memperkuat karakter religius. Anak-anak diajak untuk mengenal keutamaan ibadah sunnah dan menjadikannya bagian dari rutinitas harian. Pembiasaan ini juga mengajarkan kedisiplinan waktu, tata tertib beribadah, dan memperkuat rasa kebersamaan.
Salat Zuhur Berjamaah: Mendidik Kepatuhan dan Keteladanan
Pada waktu Zuhur, siswa dari kelas 3 hingga kelas 6 melaksanakan salat Zuhur berjamaah di Masjid Nurul Huda. Kegiatan ini diawali dengan wudu bersama dan pelaksanaan salat secara tertib dengan didampingi guru. Melalui kegiatan ini, anak-anak belajar tentang keteraturan, kesucian diri, dan pentingnya melaksanakan ibadah tepat waktu. Guru hadir sebagai figur teladan, menumbuhkan kedekatan spiritual dan emosional antara pendidik dan peserta didik.
Refleksi: Karakter Tidak Dilahirkan, Tapi Dibentuk
Pembentukan karakter tidak terjadi dalam semalam. Ia tumbuh perlahan melalui pengalaman harian yang konsisten. Di SDN 2 Kaliajir, kegiatan tadarus dan salat berjamaah bukan sekadar rutinitas, tetapi bagian dari strategi membentuk pribadi religius yang disiplin, bertanggung jawab, dan berakhlak mulia. Proses ini tentu memerlukan sinergi antara sekolah, guru, dan keluarga.
Ajakan Reflektif: Dari Hal Kecil Menuju Perubahan Besar
Sudah saatnya pendidikan karakter tidak hanya menjadi slogan, tetapi dipraktikkan secara nyata dalam keseharian anak-anak. Pembiasaan seperti tadarus dan salat berjamaah adalah contoh sederhana namun berdampak besar. Sekolah sebagai institusi pendidikan memiliki tanggung jawab moral untuk menciptakan ruang-ruang pembentukan karakter sejak dini.
Mari mulai dari lingkungan terkecil---kelas, halaman sekolah, mushola, dan rumah. Karakter anak bangsa masa depan ditentukan dari pembiasaan hari ini. Karena sejatinya, pendidikan karakter adalah investasi jangka panjang bagi peradaban.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI