Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kamuflase Pesta Demokrasi

5 Oktober 2018   14:24 Diperbarui: 5 Oktober 2018   14:32 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jelang 2019 memang luar biasa fenomena perang darat dan udara antara kubu Jokowi dan Prabowo. Kenyataan ini tidak bisa di bendung setelah semakin nyata kelompok pendukung masing-masing. 

Perang yang lebih mencuat akhir-akhir ini adalah perang udara, dimana hampir 60% dari penduduk Indoensia usia remaja dan dewasa bahkan lansia memegang android sebagai sumber informasi. Nampaknya perang ini akan semakin mencuat hingga menjelang pilpres April 2019.

Terlepas dari suasana perang yang terlihat akhir-akahir ini, saya memandang situasi yang ada semakin kurang membaik bahkan tidak mendidik terhadap generasi muda dan masyarakat jika melihat adegan demi adegan yang dipertontonkan oleh para pengambil kebijakan dan politikus dan akan memiliki sumber investasi demokrasi dan perjalanan politik yang membahayakan dimasa mendatang. Beatpa tidak?karena dari setiap peristiwa yang ada tidak yang berakhir secara baik, obyektif dan menjadi rujukkan positif. 

Kesimpulan sederhana yang meuncul adalah?terjadi peperangan antar elit politik, akar rumput dan pemuka agama yang tidak bermuara pada agenda dan perjuangan rakyat. 

Padahal amanah dari UUD 1945, apapun mekanisme dalam politik dan demokrasi harus berujung pada kesejahteraan masyarakat. Ibarat pertandingan sudah mengahalalkan segala cara dan tidak ada arah menuju sportifitas, salaing tikam, tendang dan bunuh. Tanpa di sadari peperangan ini hanya akan berujung pada kekalahan bersama atar kedua pasangan capres dan cawapres. 

Keadaan semakin terpuruk lagi, pada saat yang bersamaan peran dari media masa tidak lagi berani obyektif dan ada kecenderungan berpihak pada salah satu pasangan dengan melakukan kemasan berita tedensi dan merugikan masyarakat. 

Media masa seolah terpasung oleh kepentingan logistic dan para politikus dan supporter dibelakangnya telah mampu menaklukkan media masa. Jika hal ini berlangsung dalam waktu lama, maka yang akan menjadi korban utama adalah masyarakat, yaitu menerima berita yang tidak seimbang  bahkan bersyarat kebohongan.

Politik, demokrasi dan petas demokrasi lahir dan tumbuh dari rahim reformasi yang memiliki tugas berat mengembalikan kedaulatan rakyat  dan menjujung keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Pesta demokrasi tidak boleh merusak dan mencabik-canik akar kebhinekaan, persatuan dan kesatuan bangsa. 

Demokrasi harus berdiri di atas kejujuran dan keadilan meniadakan permusuhan dan kedengkian jangka panjang karena itu akan menghambat dan menjadi investasi yang merugikan pembangunan dan perjalanan bangsa. 

Kunci utama untuk mengembalikan nilai-nila demokrasi adalah dengan mengedepankan agenda rakyat dan memperjuangkanya di atas kepentingan bangsa dan Negara bukan individu, kelompok dan golongan atau asing. Para calon presiden dan wakil presiden harus menjadi contoh bahkan gambaran sebagai sosok pemimpin yang memiliki dedikasi bukan menjadi alat provokasi.

Media masa, apparat, politikus, akademisi, penyelenggara pemilu dan seluruh elemen harus memposisikan diri sesuai tugas dan peranya masing-masing. Tidak saling tabrak dan menyalahi tugas dan fungsinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun