Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Money

Rempah Nusantara Pilihan Dunia

31 Oktober 2017   10:29 Diperbarui: 31 Oktober 2017   10:38 5854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: starofindiamn.com

Sebagai salah satu produsen rempah-rempah, Indonesia memiliki peluang besar sebagai pemasok rempah dunia sehingga dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia. Salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing dan promosi ekspor komoditas prioritas rempah terpilih adalah dengan melakukan pengembangan Indikasi Geografis (IG).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing dan promosi ekspor komoditas prioritas rempah terpilih adalah dengan melakukan pengembangan Indikasi Geografis (IG). Indikasi Geografis adalah nama tempat atau sebutan yang digunakan untuk mengidentifikasi komoditas yang berasal dari wilayah geografis tertentu, yang memiliki kualitas, karakteristik dan reputasi khusus yang langsung terkait dengan daerah asalnya, disebabkan oleh faktor alam serta praktik tradisional (EU-TCF, 2016). Indikasi Geografis juga merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual.

Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia juga berkesempatan untuk menjadi eksportir utama rempah dunia yang saat ini masih diduduki oleh India, Vietnam dan Tiongkok. Oleh karena itu, pengembangan ekspor yang terfokus menjadi sangat penting untuk dapat merumuskan strategi pengembangan ekspor serta upaya pembukaan akses pasar. Untuk mengetahui komoditas ekspor prioritas dalam rangka pengembangan ekspor, pemetaan komoditas dilakukan dengan melihat pertumbuhan ekspor Indonesia ke dunia serta pertumbuhan impor dunia. Komoditas prioritas yang menjadi fokus pengembangan ekspor adalah komoditas yang memiliki tren ekspor dan tren impor dunia sama-sama bernilai positif antara lain adalah Jahe, Vanili, Kayu manis dan Lada.

Neraca Perdagangan Luar Negeri Rempah Indonesia

Sebagai produsen rempah, Indonesia memiliki peluang besar sebagai pemasok rempah dunia yang dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia. Hingga saat ini, permintaan pasar komoditas rempah dunia terus meningkat. Selama periode 2011-2015, impor rempah dunia naik rata-rata sebesar 7,2% per tahun dengan nilai mencapai USD 10,1 miliar di tahun 2015 (Trade Map, 2016). Dengan demikian, rempah-rempah merupakan komoditas ekspor yang menjanjikan mengingat pasarnya yang terus tumbuh, sementara negara produsen jumlahnya terbatas. Hanya negara yang memiliki iklim tropis basah yang dapat menjadi tempat budidaya rempah-rempah (Teknologi Pangan UNIMUS, 2016). 

Komoditas rempah Indonesia memiliki daya saing yang cukup baik di pasar global. Indonesia menduduki peringkat ke-4 eksportir rempah dunia dengan pangsa 8,8% di tahun 2015, berada di bawah India, Vietnam dan Tiongkok (Trade Map, 2016). Di sisi perdagangan, rempah Indonesia masih menjadi salah satu komoditas yang telah mencatatkan surplus neraca perdagangan luar negeri sebesar USD 801,1 juta di tahun 2015. 

Surplus tersebut meningkat signifikan dibandingkan dengan capaian tahun 2014 sebesar USD 561,5 juta. Hampir semua komoditas rempah di tahun 2015 menyumbangkan surplus neraca perdagangan, kecuali cabe kering dan kelompok rempah lainnya (daun thyme, curry dan lainnya) yang justru mencatatkan defisit masing-masing sebesar USD 22,1 juta dan USD 5,1 juta (Tabel 1). Defisit cabe kering di tahun 2015 disebabkan karena tingginya kebutuhan cabe pada konsumsi non-rumah tangga di Indonesia seperti untuk industri makanan olahan, bumbu masak praktis dan sambal yang belum dapat dipenuhi oleh pasokan dalam negeri, sehingga harus impor.

Surplus rempah-rempah tersebut terus berlanjut hingga semester I 2016 mencapai USD 192 juta, meskipun mengalami penurunan sebesar USD 70,8 juta dibandingkan dengan capaian surplus semester I 2015. Penurunan surplus tersebut disebabkan oleh ekspor di 2016 yang melemah hingga 5,1% (YoY), sementara di sisi lain impor justru melonjak cukup signifikan sebesar 128,9% (YoY). 

Meskipun mengalami pelemahan ekspor selama semester I 2016, beberapa komoditas rempah justru masih mengalami peningkatan, antara lain vanili, lada serta kunyit/temulawak (Gambar 2). Pelemahan ekspor beberapa komoditas rempah di tahun 2016 merupakan kelanjutan dari penurunan ekspor yang terjadi di tahun 2015 untuk komoditas pala, jahe dan kayu manis yang disebabkan oleh permasalahan kualitas, seperti yang terjadi pada beberapa kasus ekspor pala yang kemungkinan tercemar oleh aflatoxins sehingga tidak dapat masuk ke pasar Uni Eropa (Bisnis Bali, 2015). Secara keseluruhan, lada, kayu manis dan pala merupakan kontributor utama ekspor Indonesia dengan pangsa masing-masing sebesar 62,8%; 12,4% dan 11,9% dari total ekspor rempah Indonesia di tahun 2015.

Dari sisi impor, komoditas rempah yang berkontribusi terhadap peningkatan impor secara signifikan adalah cengkeh yang impornya selama Januari-Juni 2016 naik sebesar 38.993,7% (YoY). Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI) menyatakan bahwa lonjakan impor komoditas cengkeh yang sangat tinggi dipicu oleh keluarnya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.75/M-DAG/PER/9/2015 tentang Pencabutan Atas Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 528/MPP/KEP/7/2002 Tentang Ketentuan Impor Cengkeh yang menjadi bagian dari paket deregulasi dan debirokratisasi yang diluncurkan oleh pemerintah (AgroIndonesia, 2016). 

Dengan dikeluarkannya Permendag No. 75 Tahun 2015, praktis impor cengkeh dapat dilakukan secara bebas, namun demikian regulasi tersebut hingga saat ini masih mengundang pro dan kontra (AgroIndonesia, 2016). Bagi petani cengkeh, pembebasan impor akan menekan harga dan pendapatan di tingkat petani. Dengan masuknya cengkeh impor, diperkirakan harga dapat menyentuh angka Rp 50.000/Kg dari harga saat ini sebesar Rp 125.000/Kg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun