Periode ini disebut juga dengan periode khasyiah. Kemunculannya ditandai dengan lahirnya kitab populer pertama Khasyiah al-Kashshaf karangan Ibnu al-Munayyir (w. 683/1284). Setelah itu, hal ini menjadi sebuah trend yang dimana pada saat itu setiap mufaasir berlomba-lomba menulis Khasyiah dari al-Kashshaf.Â
Namun pada perjalanan selanjutnya, karya al-Bayawi (w. 719/1319) yaitu Anwar al-Tanzil menjadi populer dan diambil sebagai rujukan utama kitab tafsir. Bahkan oleh Kesultanan Ottoman dijadikan sebagai buku pembelajaran utama dalam majelis-majelis keislamaan. Seorang mufassir terkenal yaitu al-Suyui (w. 911/1505) turut ikut mengajarkan karya tersebut dan menulis penjelasan mengenainya.Â
Kemudian pada periode ini tidak semua kalangan mufassirin senang melihat bidang keilmuan tafsir metode gloss sebagai mode dominan dalam menaafsirkan Al-Qur'an. Salah satu tokoh penentang utamanya adalah Abu ayyan alGharnai (w. 745/1344). Mereka melihat ini merupakan suatu fenomena kemunduran keilmuan tafsir, yang dimana para mufassir hanya mencukupkan diri dengan menuliskan khasyiah tanpa memiliki tafsir yang berdiri sendiri dan mereka menduga adanya penyimpangan dalam metode gloss ini. Maka mereka bertekad untuk kembali menggalakkan metode penulisan tafsir klasik.Â
5. Periode ModernÂ
Permulaan periode modern dimulai oleh al-Alusi (w. 1270/1854) seorang mufassir klasik modern diakhir abad ke sembilan belas. Pada periode ini ada dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu kemenangan paradigma Ibnu Taimiah dan tantangan sanis yang pada era modern ini semakin pesat dan maju perkembangannya. Kemudian pada periode inilah metode penafsiran Al-Quran saat ini sedang berjalan dan berproses dengan segala dinamikanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI