Mohon tunggu...
Sabila Hayuningtyas
Sabila Hayuningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030109

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030109

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Review Film A Copy of My Mind: Realita Politik dalam Kemasan Romansa

3 Maret 2021   10:20 Diperbarui: 3 Maret 2021   18:41 1798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

A Copy of My Mind merupakan film hasil karya dari seorang sutradara bernama Joko Anwar yang bercerita tentang kisah cinta antara Sari (Tara Basro) dan Alek (Chiccho Jerikho). Sari adalah seorang wanita yang bekerja sebagai terapis wajah di sebuah salon kecantikan, sementara Alek adalah seorang pemuda tanpa KTP yang bekerja sebagai penerjemah film bajakan. Hobi Sari yang menonton film serta kerap membeli DVD bajakan membuatnya dipertemukan dengan Alek.

Bagi saya, film ini merupakan salah satu karya film romance terbaik yang dimiliki Indonesia. Pasalnya, tak hanya sekadar menyajikan sebuah kisah cinta dari sepasang muda-mudi di Ibukota, film ini juga banyak menyajikan isu sosial yang nyata kita temui sehari-hari. Seperti misalnya penggambaran sosok Alek yang hidup tanpa memiliki kartu penduduk, ini bukan sesuatu yang rahasia lagi di negeri kita, nyatanya banyak di beberapa daerah yang mempersulit proses pengurusan KTP.

Di awal adegan memang terlihat jarang menampilkan dialog, sebagai pembuka ini juga dinilai cukup membosankan bagi sebagian orang, padahal jika kita memperhatikan dengan fokus kita akan mengenal dan mengetahui lebih dalam bagaimana latar belakang kehidupan sosok Alek dan Sari, serta memahami bagaimana hiruk pikuk dan segala kesenjangan sosial yang terjadi di ibukota melalui sinematografi yang diperlihatkan.

Meski tak banyak menampilkan dialog mesra atau kalimat "gombalan" layaknya film Dilan 1990, bagi saya film ini tetap mampu menyampaikan pesan yang kuat tanpa berlebihan. Ya, saya terhanyut dalam kisah cinta antara Sari dan Alek. Di sepanjang film ini, saya hampir tak menemukan adegan Sari maupun Alek mengucapkan kalimat "aku cinta kamu" atau mengutarakan perasaan cintanya secara langsung, namun sikap Alek yang tulus dan apa adanya sudah cukup menunjukkan bahwa ia benar-benar mencintai Sari, begitupun Sari kepada Alek.

Chemistry antara Chicco Jerikho dan Tara Basro dengan pembawaan acting yang begitu natural juga menjadi salah satu alasan yang membuat saya semakin menikmati film ini. Filosofi Kopi adalah film yang pertama kali membuat saya terpesona dengan acting Chicco Jerikho, dan pada film kali ini sebagai sosok Alek, Chicco kembali berhasil membuat saya kagum. Begitupula dengan Tara Basro, berkat actingnya di dalam film ini ia berhasil meraih penghargaan sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik Festival Film Indonesia yang diselenggarakan pada tahun 2015.

Tak hanya dari acting Chicco dan Tara, pengambilan gambar dalam film ini juga terlihat begitu natural, membuat saya ikut merasakan sekali bagaimana kumuh dan sesaknya ibukota. Bahkan, beberapa adegan lainnya berhasil membuat saya merasa bingung apakah itu memang sengaja direkam menggunakan kamera yang tersembunyi atau tidak? Sebab sangat jarang sekali saya menemukan sebuah film yang secara terus terang menyebutkan nama sebuah brand/merk tanpa disponsori.

Menariknya lagi, disela-sela adegan film ini Joko Anwar menyelipkan bagaimana suasana kisruhnya politik di Jakarta pada tahun 2014. Ditambah dengan latar belakang kemacetan serta pergaulan bebas antara sepasang kekasih (Alek dan Sari) sungguh menjelaskan dengan sebenar-benarnya bagaimana kondisi ibukota.

Konflik di dalam film ini cukup membuat saya merasa cemas dan gelisah, sekaligus menebak-nebak bagaimana akhir dari film ini. Tak disangka, di tengah perjalanan cintanya yang belum begitu lama, Sari dan Alek harus terjebak dalam suatu masalah yang berbahaya. Hal ini bermula ketika Sari merasa jenuh dengan tempat kerjanya, sehingga ia memutuskan untuk berpindah tempat kerja. Alih-alih menemukan tempat kerja yang lebih nyaman, Sari justru mengambil pekerjaan yang cukup beresiko yaitu sebagai terapis wajah seorang terdakwa koruptor bernama Mirna di penjara.

Lagi dan lagi Joko Anwar menampilkan sebuah realita yang nyata terjadi di negara ini. Di mana faktanya banyak ditemukan penjara dengan fasilitas lengkap layaknya hotel berbintang, yang bahkan tak setimpal jika disandingkan dengan kost Sari dan Alek.

Rasa penasaran Sari terhadap DVD film berjudul "Piranha vs Anak Kobra" yang ia temukan di kamar Mirna, membuatnya diam-diam mencuri DVD tersebut, namun tak disangka bukan menyaksikan film kesukaannya, ia malah menyaksikan sebuah barang bukti berupa video rapat para pejabat mengenai suap di masa pemilihan calon presiden.

Nyawa Sari terancam, Mirna menyadari barang bukti itu hilang dari kamarnya, lantas ia segera mengerahkan utusannya untuk mencari keberadaan Sari. Sementara Sari aman, ia mengikuti saran kekasihnya, Alek untuk tetap bersembunyi di tempat tinggalnya. Sangat disayangkan, justru Alek yang melupakan keselamatan nyawanya, ia pergi ke kost Sari secara diam-diam untuk mengambil baju-baju milik Sari. Tak sempat Alek kembali ke rumahnya, ia lebih dulu bertemu dengan utusan Mirna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun