Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ahok dan Hary Tanoe: Serupa Tapi Tak Sama

29 April 2016   00:03 Diperbarui: 29 April 2016   00:20 4521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ahok dan Hary Tanoe

Keduanya warga keturunan, usia mereka hanya terpaut sekitar 1 tahun: Hary Tanoe kelahiran 1965 dan Ahok kelahiran 1966. Serupa tapi tak sama, dan inilah persamaan dan perbedaannya.

Pertama, soal kendaraan politik: HT langsung tancap gas di tingkat nasional. Akibatnya HT terkesan kewalahan mengelola silang-sengkurat kepentingan di level nasional. Dengan modal pundi-pundi yang besar, HT mengawali nyali politiknya secara lebih sistematis melalui Perindo. Sebab sesuai undang-undang, jalur legal untuk berkuasa adalah partai politik, bukan LSM atau ormas keagamaan atau majelis zikir.

Sementara Ahok lebih mengandalkan popularitas personalnya. Ahok juga mengawali sepak terjang di tingkat lokal, makanya tampak lebih fokus.

Kedua, soal agama: Ahok tampil lebih cair dan tidak pernah mengelak bahwa dirinya adalah non-Muslim. Sementara HT terkesan kaku. Ketika disebut kafir misalnya, HT coba mengelak dengan menyebut ayahnya adalah Muslim yang taat, dan di berbagai perusahaannya, HT mengklaim memberangkatkan banyak karyawannya untuk menunaikan haji atau umrah. Jawaban seperti ini justru menunjukkan HT dan timnya tidak cerdas. Sebab dibantah kayak apapun, faktanya memang HT adalah non-Muslim.

Ketiga, soal keturunan: Seingat saya, Ahok tidak pernah minder atau berusaha menyangkal dirinya sebagai warga keturunan, bahkan terkesan lebih enjoy dipanggil Ahok dibanding dengan nama Melayunya: Basuki Tjahaja Purnama. Sementara HT terkesan menyembunyikan nama asli dan panggilan keturunannya.


Keempat, soal peluang: harus diakui Ahok lebih unggul, karena berada di lingkaran kekuasaan lokal, di DKI pula. Sementara HT masih berada di luar ring kekuasaan tradisional. Ahok memiliki banyak ruang manuver yang bisa dimainkan untuk membuktikan dirinya layak diperhitungkan. HT tidak/belum punya.

Kelima soal jejaring: dengan berbagai media yang beroperasi di bawah payung MNC, HT tentu jauh lebih unggul daripada Ahok. Tapi Ahok lebih pintar memainkan ritme, sehingga semua jaringan televisi dan media nasional seolah-olah adalah miliknya. Selain itu, berdasarkan Pemilu dan Pilpres 2015, belum terbukti ada korelasi positif antara penguasaan jejaring media dan perolahan suara partai.

Namun lima item persamaan dan perbedaan itu, pada akhirnya akan cair dan bertemu di ujung terowongan: Ahok dan HT sedang meletakkan fondasi awal untuk sebuah strategi jangka panjang. Misi utamanya: warga keturunan yang non-Muslim dapat diterima sebagai komponen strategis politik nasional, yang dapat berperan dalam percaturan politik lokal dan nasional. Tapi hasil misi strategis ini mungkin baru akan terasa ngejoss 30 sampai 50 tahun ke depan.

Karena itu, keduanya sebenarnya tidak terlalu peduli apakah Ahok akan sukses di Pilgub DKI 2017 dan/atau apakah HT akan melenggang ke kancah Pilpres 2019. Dengan usia 50 tahunan, Ahok dan HT masih punya waktu efektif sekitar 15 tahunan untuk terus memperbaiki investasi politiknya.

Berhasil maju sebagai calon yang diperhitungkan saja sudah prestasi gemilang. Dan jika ada parpol lama yang secara resmi mendukung Ahok dan/atau HT akan menjadi langkah strategis yang lebih dari cukup, sekaligus tonggak pengakuan bahwa warga keturunan yang non Muslim berhak ikut bermain secara normal dalam percaturan politik nasional dan lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun