Dengan demikian, perjalanan saya dari Amsterdam pada 16 November sampai tiba di Cengkareng pada 17 November 2020 bisa disimpulkan aman dari paparan corona hingga 25 November 2020.
Saya berada di Jakarta selama 13 hari (17 - 29 November 2020).
Karena PCR test 25 November tersebut masih berlaku, maka sertifikat itu juga yang saya gunakan untuk terbang dari Jakarta ke Amsterdam pada 29 November 2020, pesawat take-off pukul 21.40 WIB. Namun di Bandara Cengkareng, Istanbul dan Amsterdam tidak ada pemeriksaan sertifikat corona.
Dan selama penerbangan dari Cengkareng ke Amsterdam, fisik saya relatif normal dan stabil. Termasuk ketika transit di Istanbul pada 30 November 2020 selama kurang lebih 8 jam, yang saya manfaatkan untuk mengunjungi Masjid Ayasofya. Hari itu, dari Bandara ke kota Istanbul pergi-pulang menggunakan bus (sejenis bus Damri di Bandara Cengkareng).
Selanjutnya, Senin siang menjelang sore pada 30 November 2020, sekitar pukul 15.00 local time Istanbul, saya lanjut terbang dari Istanbul ke Amsterdam selama sekitar 3 (tiga) jam. Pesawat mendarat di Schiphol sekitar pukul 16.00 CET. Setelah urusan prosedural dan bagasi di Bandara, saya tiba di rumah di Den Haag sekitar pukul 19.00 CEST, dengan menggunakan Uber.
Sesuai protokol, setiba di Den Haag, selama periode lima hari (30 November hingga 5 Desember 2020), saya di rumah saja, karantina mandiri. Tidak masuk kantor. Tidak bertemu orang di luar rumah.
Dan selama periode 5 hari itu, beberapa kali memang saya merasakan stamina drop. Tapi kegiatan di rumah, termasuk work from home, tetap berjalan normal.
Test keempat: 05 Desember 2020
Melakoni karantina mandiri di rumah itu cukup membosankan. Maka untuk memastikan terpapar atau tidak oleh corona selama penerbangan Jakarta-Amsterdam, saya test PCR lagi di Den Haag. Harapannya, kalau hasilnya negatif, berarti saya bebas covid. Tapi test keempat inilah yang hasilnya positif.
Pada hari Sabtu itu, 5 Des 2020, saya melakukan test PCR pada pukul 10.15 CEST, dan saya menerima hasilnya via email sekitar pukul 18.00 CET. Begitu membacanya, saya coba untuk tenang. Terlihat satu kata yang membuat miris: positif.
Sekitar 2 jam kemudian, pihak MicrobenLab (lembaga yang memonitor kasus covid secara nasional Belanda) mengontak saya untuk mengkonfirmasi data pridadi: nama, alamat, nomor BSN (semacam nomor NIK di Indonesia), dan menegaskan bahwa saya positif, lalu meminta saya dan seluruh anggota keluarga untuk melakukan karantina mandiri di rumah paling sedikit 7 hari ke depan (sampai 12 Des 2020).