Silahkan membaca ulang respon dan kebijakan Putin ketika pesawat tempur Rusia dijatuhkan oleh pesawat Turki pada 24 Nopember 2015. Putin marah dan memprotes keras, dan hanya perlu beberapa jam untuk mengambil kebijakan tegas: memutus hubungan dengan Turki, menghentikan semua proyek bersama dengan Turki, memerintahkan agar turis Rusia tidak berkunjung ke Turki. Dan Turki tidak perlu waktu lama untuk menyadari kesalahannya. Presiden Turki, Recep Tayyib Ardogan berkunjung ke Rusia pada 09 Agustus 2016: hubungan diplomatik dinormalkan dan semua proyek bersama Rusia-Turki diaktifkan kembali. Dan untuk menyelamatkan airmuka Ardogan, pada 11 Oktober 2016, Putin melakukan kunjungan balasan ke Ankara.
Tidak semua kebijakan Putin saya suka. Tapi untuk seorang negarawan di kancah nasional Rusia, Putin sukses menjadi seorang pemimpin negara, yang meyakini kekuatan dan sumber daya negaranya, mengelola dan bekerja untuk memanfaatkan kekuatan dan sumber daya itu sebagai sarana untuk kepentingan politik negaranya. Dengan sikap seperti ini, suka tidak suka, Putin diposisikan sebagai pemimpin oleh musuh maupun temannya.
Salah satu enaknya berhubungan dan bekerjasama dengan pemimpin seperti Putin adalah konsistensi. Kalau suka dan mendukung, dia akan cenderung terus suka dan mendukung sepenuhnya. Jika benci, dia pun akan tetap konsisten.
Karakter pemimpin yang diperhitungkan adalah pemimpin yang berani berpihak, memperjuangkan keberpihakannya, dan siap menanggung segala resiko atas keputusan keberpihakannya.
Syarifuddin Abdullah | 17 Oktober 2016 / 16 Muharram 1438H