Mohon tunggu...
Satto Raji
Satto Raji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Worker for Photograpy, Content Writer, Sosial Media,

Belajar Untuk Menulis dan Menulis Untuk Belajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tiba-tiba Jatuh Cinta dengan Danau Toba

11 Desember 2021   17:04 Diperbarui: 28 September 2022   15:29 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Huta Ginjang, lokasi terdekat dari Bandara Internasional Silangit Tapanuli Utara (dokpri)

Saya nggak tahu harus menulis dari mana, tapi yang pasti saya harus berterima kasih kepada punggawa Kompasiana serta tim Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk bisa meletakkan jejak kaki, menyesap udara Danau Toba yang sangat fenomenal di antero dunia.

Baiklah kita mulai, Sungguh perjalan yang sangat berat, setelah mendekam 2 tahun tidak menginjak terminal 3 Bandara Soekarna Hatta. Dini hari 12 November 2021 di hari biasa saya masih terlelap, tapi kali ini berbeda. 

Layaknya bocah kegirangan yang diajak pergi ke monas minggu pagi, saya tidak bisa pulas tidur setelah packing ransel ukuran 60 liter. Pesawat dijadwalkan take off jam 06.00, boarding jam 05.00, berarti saya harus pesan taksi online jam 03.00, khawatir membutuhkan waktu lama untuk mencari pengemudi.

Sampai bandara jam 04.30 dan harus melakukan verifikasi tracing antigen/swab di booth (layaknya ATM) yang sudah disediakan. Tidak peduli hasil swab saya sudah terkoneksi di aplikasi Peduli Lindungi, kita harus tetap verifikasi dan harus di foto sebagai bukti yang nanti akan diminta petugas counter check in. Sekali lagi saya ingatkan, jangan lupa untuk di foto bukti verifikasinya ketimbang harus disuruh balik lagi. 

Percumalah itu aplikasi Peduli Lindungi di install di smartphone kita karena kurang berguna, Ehhh berguna sih, untuk mengisi eHAC, nanti saya cerita mengenai ini.

Di counter check in sama bertemu Deny Oey, kompasianer yang juga menjadi salah satu pemenang, kami langsung menuju gate 23 dan bertemu kompasianer hebat lainnya, kang Rifky yang sedang duduk manis (lebih tepatnya tertidur). Yess kami bertiga mewakili daerah jabodetabek sebagai kompasianer yang beruntung bisa mendapatkan kesempatan ke Danau Toba dan mengikuti International Conference yang diadakan di Musium TB Silalahi kota Balige.

Kebodohan kami di penerbangan pertama kali di era pandemi adalah, tidak tahu bahwa di pesawat sudah tidak diberikan makanan ringan ataupun minuman mengikuti standar protokol kesehatan penerbangan. Beruntung saya sempat pesan mie instan dalam kemasan styriofoam, sementara Deny harus gelisah setelah satu jam penerbangan karena belum sempat sarapan saat menunggu diruang boarding.

Sampai di bandara Internasional Silangit di Tapanuli Utara pukul 08.00, tidak ada perbedaan waktu antara Tapanuli Utara dan Jakarta (loohh kok kaya flight attendance yak?). Harus saya akui, bandara yang tidak terlalu besar tapi punya potensi menjadi besar ini, bisa jadi alternatif jika kita ingin ke Danau Toba. Bandara yang begitu kita keluar pesawat langsung disambut cerah matahari, dipadu sejuknya angin sehingga membuat kita tidak merasakan kepanasan, langsung membuat saya jatuh cinta.

Saat tiba di bandara tujuan, kita harus mengisi eHAC (Electronic Health Alert Card) nah disini barulah aplikasi Peduli Lindungi kita butuhkan. Dan pelajaran pentingnya adalah, isi eHAC saat kita sedang menunggu pesawat. Jadi saat turun kita gak kerepotan dan tidak buang-buang waktu mengisi.

Tujuan pertama kami setelah mendarat adalah mencari sarapan, beruntung Kemenparekraf diwakili penyelenggara event mengijinkan untuk menggunakan mobil di hari pertama kedatangan kami di Danau Toba. Dan ini tidak kami sia-siakan begitu saja.

Mencari sarapan pagi di Tapanuli Utara bukan hal yang mudah, karena mayoritas masyarakatnya adalah non muslim kami cukup lama memutuskan mau makan apa dan dimana. Beruntung punya driver warga lokal yang cekatan, Bang Donal (driver kami) rela 2-3 kali turun untuk menanyakan apakah menu di warung tersebut halal untuk kami yang muslim. Tentunya itu tidak berlaku bagi Deny yang sudah bercita-cita ingin makan BPK (Babi Panggang Karo) khas olahan daerah Danau Toba-Samosir. Deny berhasil mewujudkan keinginannya saat extend 2 hari.

Akhirnya pilihan jatuh ke warung makan minang, kalau di Jakarta kita menyebutnya warung Padang. Entah karena suasana udara yang sejuk atau perut yang sudah keroncongan, sarapan nasi padang kami terasa nikmat. Hmmmm... tapi di Jakarta saya akan menghindari sarapan dengan nasi padang, tapi ini Danau Toba bung, apapun nikmat disantap.

Tujuan setengah hari pertama di Danau Toba saya pasrahkan ke Deny dan Kang Rifky untuk riset dan menentukan, sementara tugas saya mengajak ngobrol bang Donal yang langsung cepat akrab dengan kami. Beruntungnya 5 hari di Danau Toba, bang Donal selalu jadi driver kami dan sangat bisa diandalkan. Konon menurut cerita, Bang Donal pernah menjadi supir saat RI-2 pak Ma'ruf Amin berkunjung ke Danau Toba.

Setelah Deny dan kang Rifky riset beberapa tempat, kemudian berdiskusi mengenai rute yang nyaman dan masuk akal, kami putuskan untuk menuju kawasan Huta Ginjang dan daerah Bakara.

Huta Ginjang, kawasan ini wajib, harus dan jangan dilewatkan ketika kalian pertama kali ke Danau Toba melalui bandara internasional Silangit Tapanuli Utara. Kenapa? 

Karena ini adalah lokasi terdekat dari bandara Internasional Silangit Tapanuli Utara untuk melihat pertama kalinya penampakan kaldera Danau Toba yang sudah kesohor kepenjuru dunia. Keluar Bandara ke arah kiri, kurang dari 30 menit dan kalian akan dibuat terpukau oleh sisa letusan gunung purba Toba ribuan tahun lalu ini.

Sesuai namanya Huta Ginjang, atau kampung di ketinggian dari titik ini kita bisa melihat danau yang luas sepanjang mata memandang, air yang tenang beriak kecil disapu angin, langit biru dengan awan kapas berwarna putih, angin yang berhembus kencang nan sejuk merusak tatanan rambut dan pemandangan bukit kehijauan yang bisa membuat dada ini sesak sesaat. 

Sesak karena kagum, bagaimana caranya Tuhan menciptakan keindahan ini untuk bisa kita nikmati dan syukuri.

dokpri
dokpri

30 menit di Huta Ginjang cukup membuat kulit ini menghitam tanpa disadari, kesejukan udaranya mengelabui sinar terik matahari jam 12 yang mengosongkan kulit. Pelajaran berharga pertama di Danau Toba, ada pengorbanan dibalik semua kenikmatan.

Tujuan selanjutnya adalah Bakara, berbeda dengan Huta Ginjang, ketika kita menikmati Danau Toba dari ketinggian, di Bakara kita turun mendekat ke Danau Toba, menuju air terjun Janji dan Makam Sisingamangaraja. Saya sangat penasaran untuk bisa masuk kedalam makam, sayang saat kami sampai dilokasi, penjaga makam sedang tidak ada ditempat. Sehingga niat kami untuk masuk ke area makan tidak terlaksana.

Sore sudah menjelang, saatnya menuju hotel di Balige, banyak orang-orang membuat plesetan Balige menjadi "Belgia", salah satu kabupaten dari total 8 kabupaten yang berada di sisi Danau Toba.

Menurut saya, perkembangan pariwisata Kabupaten Balige belum terlalu pesat, terbukti baru ada 1 hotel bertaraf bintang 4 di kabupaten ini, Labersa Hotel tempat kami beristirahat selama 3 malam.

Faktor utama kenapa Kabupaten Balige seakan terlambat berkembang karena saat akses menuju Danau Toba hanya bisa melalui bandara di kota Medan, Balige adalah pilihan terakhir karena posisi kabupaten ini berada paling jauh. Butuh waktu 7 Jam atau 272km dengan perjalanan berkelok-kelok, bayangkan ituh... kalau di Jawa, waktu 7 jam dari Jakarta kita sudah bisa sampai Jogja dengan jarak 560km.

Tidak heran selama ini pilihan utama para wisatawan yang mendarat di Medan adalah Berastagi, hanya butuh 3 jam untuk bisa beristirahat dan menikmati keindahan serta kesejukan alamnya, sebelum lanjut menikmati Danau Toba keesokan harinya.

Saya menganalisa hal ini karena rasa penasaran mengenai bandara Silangit yang berlabel Internasional di Tapanuli Utara, ternyata baru diresmikan oleh presiden Indonesia, pak Jokowi pada tahun 2017. 

Bandara Internasional Silangit Tapanuli Utara, pintu masuk baru menuju Danau Toba (Dokpri)
Bandara Internasional Silangit Tapanuli Utara, pintu masuk baru menuju Danau Toba (Dokpri)

Seperti diawal yang saya bilang, Bandara Silangit "sangat" tidak besar untuk label internasional, hanya ada satu pintu boarding dan satu conveyor (rel berjalan untuk bagasi/koper). Bahkan jadwal penerbangan menuju dan dari Bandara Internasional Silangit masih sangat terbatas. 

Dari Jakarta hanya ada 1 jadwal keberangkatan dari Soekarno Hatta dan 1 Jadwal keberangkatan dari Halim Perdana Kusuma setiap harinya. Entah untuk kota lain, yang pasti kompasianer dari Palembang Koh Dedy Huang dan Bang Priangdi harus mencari cara untuk menyesuaikan jadwal keberangkatan dan kepulangan mereka di Danau Toba.

Rekomendasi Kuliner di Tangerang

Tapi jujur, saya yakin sekali paling cepat 5 tahun dan paling lama 10 tahun lagi, Balige akan sangat berkembang. Bandara Silangit akan lebih sibuk dari tahun 2021 saat saya mendarat disana untuk kali pertama. 

Keyakinan saya sangat mendasar setelah 5 hari memutari, benar-benar memutari Danau Toba (terkait hal ini saya akan cerita di artikel selanjutnya) dan merasa takjub dengan keindahan alamnya. Infrastruktur jalan sudah sangat baik, jaringan telekomunikasi pun lancar tinggal bagaimana pemerintah daerah dan dinas pariwisata mengembangkan atau memfokuskan wisata Danau Toba di kabupaten Balige ini mau dibawa kemana.

Memang ada yang harus dibenahi agar potensi ini tetap terjaga, jangan sampai warga masyarakat sekitar kaget begitu mendapat kunjungan dari wisatawan lokal maupun internasional. Satu hal yang menggelitik saya adalah, warga lokal yang tidak yakin dengan kekayaan potensi alam yang mereka punya. Bisa jadi karena mereka sudah terlalu sering melihatnya.

"Bang kami mau ke daerah ini.."

"Ohhh tempat biasa itu bang, gak ada apa-apa"

Sesampainya kami dilokasi, kami dibuat terpana oleh keindahan Danau Toba. Salah satu mindset kecil yang harus diubah warga lokal, bahwa yang mereka lihat sesuatu yang biasa ternyata jadi hal yang luar biasa di mata para wisatawan.

Tertarik ke Danau Toba? Coba melalui Bandara Udara Internasional Silangit, Tapanuli Utara. Kalian tidak akan menyesal. 

Kalau saya sih ada niat untuk roadtrip, Aamiin...  

Btw jika ingin tahu kelanjutan cerita saya di Danau Toba bersama para kompasianer, cek LINK INI YA...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun