Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Sebuah Oplet

8 Desember 2015   17:45 Diperbarui: 9 Desember 2015   04:47 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak juga aku tahu, kapan oplet itu mulai ada. Karena yang aku tahu, oplet itu sudah menyisir jalan raya di desaku saat aku kecil. Ia sudah menjadi alat transportasi andalan bagi kami orang desa. Tidak saja karena sebuah barang baru yang agak “wah” kala itu, tapi orang-orang sudah merasa diuntungkan dengan kehadirannya.

Aku melihat dan merasakan oplet semenjak Taman Kanak-kanak. Satu-satunya oplet yang melintas di jalan raya, yang dengan gagahnya sering meminggirkan penunggang sepeda onthel karena takut keserempet. Maklum, jalan aspal masih sempit.

Klakson berada di luar dekat pintu kemudi. Agar bunyi, tangan supir memencet bulatan pada bagian belakangnya. “Tot….tot…tot.” Mengagetkan para pengguna jalan. Tapi sesudahnya, mereka tersenyum dan tertawa.

Orang-orang mengenal oplet itu dengan sebutan si Kakek Muda. Jika mendengar kalimat,”Menunggu Kakek Muda!” Berarti orang yang berkata itu tengah menunggu si oplet itu. Ia akan bepergian jauh.

Mereka rela berdesakkan di dalam. Ada yang berdiri di bagian belakang mobil, yang pintunya tak lagi terpasang. Mereka, kebanyakan kaum lelaki. Berpegang pada sebilah besi bulat panjang yang menempel kuat pada bagian atas, yang memang disiapkan untuk itu. Mereka seakan menemani sang kondektur, yang teriakan kerasnya memanggil penumpang seperti suara speaker masjid.

Bukan saja begitu. Duduk di atap mobil pun dilakoni dengan riang hati. Semua demi menikmati perubahan jaman. Era jalan kaki jarak jauh mesti disudahi. Varises pada betis-betis mereka harus dihindari. Dan untuk bersepeda, cukuplah sebatas yang mereka mampu saja.

Kakek Muda adalah nama yang disematkan pada oplet itu. Tertulis putih pada sisi kanan dan kiri body mobil yang bercat biru tua itu. Bentuk tulisan menyerupai monotipe corsiva. Orang dulu suka yang seperti itu. Suka dengan betuk tulisan yang miring.

Mbah Wiryo, pengemudi yang sekaligus pemiliknya berkata, nama itu sengaja dipilih untuk mengenang satu momen penting dirinya. Ceritanya, sewaktu punya cucu pertama dari anak perempuan pertamanya, ia masih merasa muda. Masih merasa belum pantas disebut kakek. Usianya belum sampai lima puluh tahun. Tapi ia terpaksa mau. Apa boleh buat, karena pada kenyataan jabang bayi itu lahir. Maka status kakek baginya tak mungkin terhindarkan.

Melalui suatu perenungan, ia pilih “Kakek Muda” untuk menamai opletnya yang masih polos tanpa tulisan. Itu terjadi selang satu hari setelah pemberian nama cucu pertamanya itu.

Oplet merupakan mobil sedan Eropa yang sudah dimodifikasi. Dibuat oleh perusahaan Otomotif Morris di Inggris. Namun, semenjak orde baru membuka kran bagi masuknya mobil-mobil Jepang, nasib oplet mulai tersisihkan. Ia termarginalisasi oleh pesona kendaraan negeri matahari terbit, yang konon harganya lebih murah.

Sejurus dengan itu, sekian mobil Jepang sudah menghiasai jalan raya antar desa antar kecamatan. Kakek Muda tidak sesibuk dulu lagi. Faktor usia tak dapat ditahan, ia mulai sering mogok di jalan. Jika ini terjadi, tak ayal penumpang harus keluar. Duduk dipinggiran jalan hingga mesin oplet itu bisa dihidupkan kembali. Dan perjalanan dilanjutkan. Alhasil, kalau lama tak hidup juga mesin itu, penumpang terpaksa pindah ke mobil Jepang: Colt, Tipe baru produk Mitshubishi. Dan, sang supir oplet merasa terlecehkan dengan pemandangan sedemikian itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun