Pembongkaran keramik di trotoar jalan Sudirman Purbalingga. Foto Radar Banyumas.com
Sebagai orang yang senang berjalan kaki di perkotaan, saya mencoba menapaki trotoar yang baru. Rasanya jauh lebih nyaman sekarang ketimbang saat bermuka keramik. Tidak ada was-was takut terpeleset.
Hanya saja memang, lebar trotoar terasa kurang. Jika berpapasan dan menenteng bawaan mesti tahu diri. Harus ada gerakan menghindari lawan berjalan agar tidak bersenggolan. Sedang untuk turun dari trotoar ke bahu jalan raya sangat sulit karena deretan kendaraan terparkir.
Trotoar jalan Sudirman setelah dipasangi batu alam pengganti keramik. Dokpri
Hal yang menyebalkan adalah kontur trotoar yang naik turun. Banyak ruas trotoar di depan pertokoan yang untuk maksud tertentu, menjadikannya tidak rata. Baru beberapa meter langkah kaki turun.Â
Pembongkaran keramik di trotoar jalan Sudirman Purbalingga. Foto Radar Banyumas.com
Berjalan beberapa langkah kemudian naik lagu. Untuk jarak sepuluh meteran masih dimaklumi, tapi karena antara naik dan turun hanya sekitar dua meter, kontur semacam ini membuat pejalan kaki cepat capai. Irama langkah kaki sangat tidak enak. Apalagi bagi para lansia, tentu sangat merepotkan. Jika dipandang dari kejauhan kontur trotoar itu seperti gelombang.
Rupanya masih perlu kajian lagi dari pemerintah daerah untuk membenahi trotoar. Agar tiap pejalan di atasnya bisa leluasa melangkahkan kaki. Menjadi area yang menyehatkan dan menyenangkan. Bukan menyengsarakan.