Mohon tunggu...
Saut H Aritonang
Saut H Aritonang Mohon Tunggu... -

ILO conference for trade unionist, human right activist, consultant for industrial relation harmony.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Saat "Jamban" Menjadi Headline

21 November 2018   17:11 Diperbarui: 21 November 2018   17:18 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dua hari berturut harian KOMPAS menjadi kan masalah "jamban" sebagai headline dan berita ini sungguh suatu narasi yang tidak mengejutkan. Kerergantungan masyarakat di ibu kota negara sebagai daerah khusus ibu kota, jamban menjadi pemandangan yang biasa di sepanjang sungai ciliwung sampai kepada sodetan-sodetan sungai ciliwung. Ada yang aneh tentang "JAMBAN" ini, ach tidak, masyarakat sangat toleran atas "PEMANDANGAN" ini, yang tidak saja di jakarta hal ini terjadijuha,  bahkan di kota besar lainnya seperti aceh, medan, pekan baru, jambi, palembang, bengkuku, lampung, banten, bandung, cirebon, semarang, jogyakarta, solo, surabaya, bali, makasar, menado, balikpapan, samarinda ach .... ach sampai ke ntb, ntt dan papua tidak ada yang tidak hidup "BERSAMA" jamban, tinggal lagi apakah itu bergantung di sungai atau "BERSEMBUNYI" di belakang rumah atau di belukar kebun.

Hidup dengan jamban sangat mempengaruhi kesehatan dan cara berpikir sumber daya manusia indonesia, yaitu dalam pshycologi memberi dampak:

1. Pribadi sembrono dan menjadi masyarakat tak ber-etika.

2. Pribadi jorok tak berpikir kesehatan dan perkembangan serta pertumbuhan organ tubuh.

3. Pribadi yang egois, bodo amat yang penting hajat sudah "terlepas" hik hik hik hik hik .....

4. Pribadi yang tentu tak mengenal ekologi.

5. Pribadi yang tak memiliki eksistensi sebagai pemilik kedaulatan rakyat.

6. Dan lain lain sebagainya.

Tetapi apakah itu kesalahan "PRIBADI SI ORANG TERSEBUT...?..." tentu tidak, dalam struktur pemerintahan ada yang di sebut,: bayan, kepala desa, lurah, carik, camat, bupati/walikota, gubernur, menteri, wakil presiden/presiden. Nah sudah 73 tahun indonesia merdeka dan 15 tahunan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nasional, belum lagi, Puskesmas, jamkesda, jamkesnas yang pada suatu saat membuat "STATEMENT" bahwa orang indonesia sangat mudah untuk menyatakan sakit dan pergi ke dokter atau ke tempat-tempat klinik.

Tapi "TIDAK PERNAH" semua struktur tadi mengadakan "PENELITIAN", mengapa orang indonesia sangat mudah atau sangat mewek untuk pergi ke klinik klinik kesehatan, dan bukan menjaga kesehatan ...?  Bagaimana mikir merawat kesehatan atau menjaga kesehatan buang hajat aja di JAMBAN .... Paham jamban enggak...?

Nah barulah dua hari ini KOMPAS membuat headline "tentang" JAMBAN mudah-mudahan nalar penguasa negara ini mulai berbenah atau "BERTHOBAT", karena masalah jamban boleh saja di nilai sebagai remeh-temeh, tapi bagaimana si SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA yang hidup di bumi pertiwi nusantara yang di lewati garis katulistiwa dan sebagai negara ZAMBRUD DI KATULISTIWA akan menghadapai revolusi industry 4.0 dengan linked globalisasi ekonomi dan akan menjadi negara maju di 2045 saat seratus tahun emas..... ach jangan menghayal.... jangan mimpi.... mari kita benahi pembangunan sumber daya manusia dengan thema "MENSANA IN KORPORE SANO" atau "MEMANUSIAKAN MANUSIA INDONESIA SEUTUHNYA" ..... tapi tanpa JAMBAN DONG ya .... ehe he he he he ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun