Inilah bukti, hari esok kita tidak tahu tapi kita percaya akan ramalan orang lain tentang Indnesia masa depan dan anehnya  tidak percaya kehidupan hari akhir, itu sama saja bertentangan Pancasila, Ketuhanan yang maha esa, kalau memang sepakat ganti saja dasar Negara jangan Pancasila.
Kali ini Sukmawati adik Megawati kembali membenturkan budaya dan agama, dari soal  jilbab, azan  sareat Islam dalam puisinya. apa sebegitu alerginya mereka dengan Islam.
Sebagai anak Proklamator Indonesia, apakah Sukmawati dan Megawati mempunyai rasa bahwa apa yang mereka ucapkan itu menyakiti orang lain. Saya jadi bingung apa arti kebinekaan, apa arti pancasila kalau Islam selalu menjadi olok-olok oleh mereka sebagai  tokoh nasional, tidak adakah isu lain selain isu agama Islam.
Tidak adakah pembanding lain selain agama Islam, tidak adakah cara lain membangun ke Indonesiaan dengan memojokkan agama tertentu. Â Jelas Bu mega dan Sukma paham, bolehkan kita satu bangsa, satu Pancasila, tidak emosi tidak sama, rasa tidak sama, bagi mereka biasa-biasa, belum tentu bagi orang lain.
Lantas siapa yang merusak harmoni dan kebinekaan?. Â Rakyatkah atau mereka?.
Wahai Sukwamati, wahai Megawati, please deh , jaga ucapan, jika tidak kalianlah yang merusak kebinekaan, karena gagal menghormati keyakinan orang lain.
Saya tak peduli apa apa agama Bu Mega dan Bu Sukma, apa aliran mereka, itu urusan mereka pribadi, tetapi menjaga ucapan dan tindakan terhadap golongan lain itu juga bagian dari Demokrasi Pancasila.
Pancasila, harusnya perbuatan, prilaku, bukan jimat yang disimpan dan hanya dipakai untuk menghantam orang lain.
Bu Mega dan Bu Sukma, jagalah Indonesia, jagalah Pancasila, dengan menjaga ucapan dan tindakan, bertindaklah sebagai pemimpin bangsa, bukan pemimpin golongan tertentu.
Salam Satu Nusa, satu Bahasa, Satu Indonesia.