Bandung kembali heboh, ternyata Blok S (saritem), yang katanya sudah ditutup kembali membuat sensasi dengan adanya lelang barang “antik” bahkan sangat antik, karena hanya dimiliki oleh perempuan yang belum pernah berhubungan seks, yaitu lelang perawan.
Mungkin bagi sebagian warga luar kota, saritem memang sudah ditutup, apalagi di sana sudah ada pesantren Attaubah.
Sebelum ditutup tercatat ada sekitar 450 PSK, 205 mucikari dan 428 calo. Mereka ini beroperasi di RW 07 dan RW 09 Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, Kota Bandung. Mereka beroperasi di rumah-rumah yang ada di sejumlah gang di Saritem, sehingga keberadaan tempat penjaja cinta sesaat ini tidak terlihat mencolok.
Para PSK saritem kebanyakan berasal dari Indramayu, Subang dan Cirebon. Mereka biasanya beroperasi sejak pukul 11.00, tapi uniknya setelah jam 24.00 kawasan Saritem justru telah tutup. Tarif mereka beragam, mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 300 ribu. Untuk memuaskan hajat pria hidung belang biasanya mereka melakukannya di kamar atau bilik rumah Induk semang.
Tahun 2005 sampai tahun 2007, dari tempat pelacuran sampai panti pijat disegel oleh satpol PP dan tidak boleh beroperasi lagi. Saritem memang sempat sepi, karena polisi dan satpol PP terus berjaga-jaga, tidak heran para pengunjung berkurang total, apalagi " bidadarinya" pergi pada saat penyegelan, walau mereka pergi tuk kembali.
Padahal setelah berita sepi, para "bidadari" itu kembali datang, begitu juga dengan para penikmatnya, mereka juga sadar, sudah menjadi tradisi di Indonesia, bahwa aparat satpol PP dan polisinya hanya hangat pada saat diliput wartawan, setelah konfrensi pers, para aparatpun menghilang dan membisu, baru kemudian akan kembali gagah bila sudah dekat bulan ramadhon.
Harap maklum aja, satpol PP dan Pak Walikota harus terus menunjukan kepeduliaanya atas moral masyarakat , walau itu hanya keberpuraan-puraan. Karena moral tidak hanya mengurusi esek-esek, tapi juga korupsi , KKN yang sama juga dengan menjual diri, menjual jabatan, lantas apa bedanya?. Judulnya juga sama, sama-sama mencari menjual, yang satu menjual body, para koruptor menjual jabatan dan menjual hukum.
Keberpuraan itu juga dapat dilihat dari pemerintahyang tidak pernah tuntas menutup lokalisasi dan pemerintah juga tidak mempunyai program berkesinambungan bagi warga saritem agar sumber ekonomi mereka pulih, dengan memberdayakan penduduk saritem.
Nah, diam-diam disaritem ada rutinitas baru, acara tahunan, dengan lelang perawan, Gilanya lagi, sekarang ada acara lelang segala di Saritem. Bukan lelang barang lho, tapi lelang “keperawanan”. Desember 2010 kemarin, lelang gelombang pertama, katanya dimenangkan oleh Juragan dari Pasar Ciroyom Bandung. Si Juragan (mungkin bandar sayur ya?) menang lelang setelah berani menawar harga tertinggi yakni Rp 8,5 juta.
Yang nggak menang di lelang pertama, ada lelang gelombang kedua. Kabarnya akan berlangsung minggu ke 4 Januari 2011 ini. Harga penawaran starting bidnya Rp 5 juta, sedang final bid Rp 9 juta atau harga tertinggi saat lelang. Panitia lelang menjamin, ceweknya cantik, baik dan masih orsinil.
Bahkan karena tingginya peminat tidak heran ini akan dijadikan acara rutin, biar lebih seru dan menarik hehe. Lelangnya persis dengan cara lelang barang-barang lain, berdasarkan harga tertinggi .
Sebenarnya harga segitu lumayan mahal buat ukuran Indonesia, tapi di AS ada yang lebih mahal loh. natalie Dylan, mahasiswa asal San Diego, California, nekat melelang keperawanannya demi mendapatkan uang untuk biaya kuliah. Namun, agaknya gadis 22 tahun ini belum memilih pemenangnya.
Saat lelang disiarkan pertama kali melalui sebuah radio di AS September silam, nilai tawaran pun mulai bermunculan. Natalie pernah mendapatkan harga 243,000 dolar AS atau sekitar Rp 2,5 miliar. Dan nilai itu terus beranjak naik. Bahkan ketika sudah 10.000 laki-laki menawar dengan nilai tertinggi 3,7 juta dolar AS (sekitar Rp 40 miliar), Natalie masih geleng kepala karena menunggu tawaran lebih baik.
Sebenarnya lelang perawan dinegara ini sudah sering kita dengar walau sayup-sayup, tapi inilah tren baru, ketika ketabuan seks sudah dibuka, ketika moral dan etika bergeser nilai-nilainya.
Sebuah kisah yang tafsirannya dari segi budaya dan agama pastinya ditanggapi negative, tapi ini memang sudahmenjadi “trend” dipara” penikmat seks”, suka-atau tidak suka ini menjadi PR bersama buat kita, bukan hanya tugas pemuka agama , pemerintah, tapi tugas seluruh rakyat Indonesia, akan dibawa kemana budaya bangsa ini.
“Salam Manis dan Pahit.”
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI