Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dibalik Kembali Bersatunya Megawati-Prabowo (MegaPro), Betulkah Sinyal PDIP Menyerah?

2 Agustus 2025   09:59 Diperbarui: 2 Agustus 2025   10:07 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Megawati, ketua umum PDIP mengumumkan secara nasional untuk mendukung pemerintahan Prabowo. Sinyal kuat PDIP telah menyerah sebagai oposisi?

Ada berbagai opini di media sosial, tapi saya akan ambil opini terkuat, dan bagaimana pendapat saya.

Megawati melakukan transaksi politik dengan pemerintahan Prabowo demi "menyelamatkan" Hasto Kristanto, Sekjend PDIP. Karena Megawati lelah beroposisi, capek bos!

Menurut saya, opini itu keliru. PDIP ini banteng yang sebenarnya banteng, bukan banteng omon-omon, jangankan jadi oposisi, kasus KUDATULI membuktikan segala hal bahwa Megawati bukan sosok lemah. Faktanya ngeri bos.

Sekedar jabatan atau kekayaan itu receh bagi seorang Megawati. Dan menyelamatkan Hasto tak lebih dari sebuah manuver politik yang menguntungkan dua belah pihak. Lho kok bisa?

Sebagai seorang master politik, Megawati tidak pernah bergerak tanpa perhitungan, meski kadang jiwa "emak-emaknya" muncul. Tapi jika dilihat seksama, semua itu pas. Mari kita detailkan. 

Apakah anda merasa bahwa Prabowo itu baik-baik saja? Mayoritas kebijakan menteri-menterinya adalah kebijakan yang tidak pro-rakyat, sering mind-blowing, blunder ditambah statemen konyol para menteri. Pamor Prabowo turun di mata rakyat, termasuk hadiah pada joki pacu jalur ketimbang bayar bonus atlet PON pacu jalurnya itu sendiri.

Gerakan bendera One-Piece menggantikan bendera Merah Putih itu sudah membuktikan hancurnya nama Kabinet Prabowo di mata rakyat. Belum pernah ada, bahkan di era Joko Widodo yang punya haters banyak.

Sudah rahasia umum bahwa banyak dari menteri tersebut dinilai rakyat adalah menteri "titipan" masa lalu, atau populernya "geng Solo". Dan Prabowo harus merevisi ini. 

Tapi merevisi itu tidak mudah, Prabowo harus perlahan sambil tetap "laporan" pada "ketua geng Solo" supaya ndak kethok-kethok amat gitu lho.

Apapun juga Prabowo punya ganjalan, apalagi putera geng Solo sebagai Wapres, berdiri disamping beliau. Prabowo feat Geng Solo adalah merk yang terlanjur di launching. Ibarat produk, merk tersebut gagal mengangkat penjualan, justru sebaliknya.

Jadi, Prabowo harus punya produk sendiri. Namun, untuk lepas dari merk itu sulit. Prabowo harus punya kekuatan politik yang lebih tua, lebih berdarah, lebih besar dari Gerindra. Prabowo tidak bisa mengandalkan PAN, Nasdem, PKS atau Demokrat yang bisa setiap saat jadi oportunis. Apalagi Golkar. 

Partai yang punya basis masa kuat, tua, berdarah, punya prinsip, taktis dan bisa diandalkan hanya PDIP. Tapi, untuk merayu seorang Megawati tak bisa hanya dengan jabatan di pemerintah. Tidak ada menteri ataupun wakil menteri di jajaran Kabinet Merah Putih Prabowo, dan PDIP tetap jadi oposisi.

Sekali lagi, bagi Megawati, itu receh. Tapi soal Hasto, itu soal lain. Prabowo menangkap ini. Kita seperti disuguhkan intrik politik seperti di film-film mafia. You give me a name, I'll give you guns, lots of guns..

Bagi Megawati sendiri, langkah ini juga bisa dipakai sebagai "amunisi" untuk bergerak. Sudah rahasia umum jika hubungan Megawati dan Joko Widodo retak. Jokowi dianggap mengkhianati PDIP ketika mendukung Prabowo, demi "trah Solo" menjadi Wapres.

Jadi, bagi keduanya, meringankan bahkan membebaskan Hasto adalah menguntungkan. Hasto adalah "currency", alat tukar politik kelas tinggi.

Ini bukan sekadar kompromi. Ini kalkulasi. 

Ketika Megawati menyatakan dukungan terhadap pemerintahan Prabowo, jangan baca itu sebagai kepasrahan oposisi. Itu bisa jadi adalah strategi "infiltrasi diam-diam", menyusup ke jantung kekuasaan.

Ini tak ubahnya strategi Machiavellian — "keep your enemies closer, but place your people right at their table."

 Jika Megawati berhasil memulihkan kekuatan partainya melalui jalur ini, maka percayalah: 2029 bukan hanya panggung bagi kader muda PDIP. Tapi juga pentas kebangkitan politik kelas berat.

Megawati bukan menyerah sebagai oposisi. Dia sedang masuk ke pusat kekuasaan tanpa membunyikan lonceng perang.

Sebuah gerak sunyi sang Ratu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun