Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Alasan Mengapa Pendukung Jokowi Kurang Greget

11 Desember 2018   20:19 Diperbarui: 12 Desember 2018   08:47 7852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi| Kompas.com/Roderick Adrian Mozes

Kesan pertama, biarlah Jokowi berkampanye terhadap dirinya sendiri. Dengan ketenangan, Jokowi tinggal menunggu saat yang tepat untuk melakukan smesh. Seperti ketika Prabowo murka terhadap wartawan, Jokowi langsung membalas di instagram dengan foto bersama wartawan, dengan pesan yang menohok "Bahwa dirinya tidak ada apa-apanya jika tidak karena wartawan".

Bukan hanya Jokowi yang berfoto tapi satu keluarga! Jokowi melakukan dua smesh sekaligus. Langsung ke jantung lawan. Jokowi menegaskan bahwa beliau sudah selesai dengan dirinya.

Inilah kekuatan Jokowi sekaligus kelemahan bagi simpatisan. Jika jagoan bisa menyerang, tak perlu pendukung ikut menyerang. 

Pro-Jokowi seperti dimanja oleh gerakan Jokowi, sehingga kurang militan baik di dunia maya maupun nyata. Daripada salah langkah lebih baik diam. Jokowi tak mau kasus Ahok terulang. Siapapun saat ini rentan di Ahok-kan. Masih untung Grace Natalie bukan Gubernur DKI. 

Mereka lebih suka memaparkan keberhasilan Jokowi, penghematan Pertamina 250 miliar per hari semenjak Petral dibubarkan, kemudian kenaikan penumpang pesawat di Indonesia menjadi 63 juta penumpang sepanjang 2017, mengalahkan Changi, Singapura. Setelah revitalisasi besar-besaran bandara Soekarno-Hatta.

Kenaikan trafik kontainer di pelabuhan Tanjung Priok dari 6-7 TEUs menjadi 12 TEUs sepanjang era Jokowi. Bahkan Tanjung Priok sudah bisa melayani sistem Transhipment. Ditambah lagi Tax Amnesty yang membuat Singapura sakit gigi, karena banyak Taipan yang menarik duitnya dari Singapura.

Belum cukup itu, era Jokowi tercatat satu-satunya era yang bisa membuat Amerika bertekuk lutut, dengan menjadikan nilai saham Indonesia di Freeport meningkat menjadi 51% lewat Inalum. Bahkan dengan nilai investasinya, Inalum hanya butuh 2-3 tahun untuk balik modal. Lebih bagus dari investasi batu akik. 

Masih ada lagi, Indonesia melalui Pertamina mengambil alih blok Mahakam dari Total E&P, juga blok Rokan yang sebelumnya dikuasai Chevron Pasific Indonesia selama 50 tahun. Blok Rokan ini selama 2016 masih menghasilkan minyak hingga 250.000 bph (barel per hari).

Belum lagi realisasi cita-cita pemerataan pembangungan dengan pembangunan infrastruktur hingga daerah pedalaman. Hingga yang terbaru, tahap akhir penandatanganan Mutual Legal Assistance antara Indonesia dengan Swiss, tujuannya? Mengejar uang hasil korupsi dan money laundry yang disembunyikan di luar negeri selama puluhan tahun!

Hal-hal Inilah yang sibuk disebarkan oleh tim relawan, sehingga tak sempat untuk membuat narasi meng-counter aksi reuni 212 misal, cukup beropini sesaat dan mengejek yang remeh temeh, seperti mengejek ucapan Prabowo soal tampang Boyolali, tingkah Sandi yang konyol. Gitu-gitu aja. Receh.

Terkesan pula bahwa pendukung Jokowi hanya bisa bertahan di media sosial, sibuk klarifikasi. Padahal ya memang demikian adanya. Pendukung Jokowi itu payah, tidak mampu membuat narasi besar seperti hoaks operasi plastik, misal.

Karena memang bukan itu kelasnya, beib...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun