Kanada, pemuda berambut merah daun maple itu sekali lagi menghela napas gusar, lalu mengangguk. "Mereka berlari ke arah utara, kemungkinan besar Kota Teras. Kau yakin kita harus melihat dulu keadaannya?" jelasnya sebelum bertanya.
George mengangguk. "Karena aku juga terkejut, si Cedric itu sudah kabur entah ke mana setelah digebrek oleh tim mu yang lain, barusan dia pergi. Untungnya laboratorium itu tidak dia bakar, jadi kita bisa langsung mengamankan bukti yang ada. Juga, beberapa korban eksperimen lainnya hendak ditangani oleh Nona Amber, dan dalam perjalanan ke laboratorium khusus," terangnya. "Malam ini, kita kembali saja ke markas utama. Beberapa serigala liar sudah mulai mengintai."
Kelimci berbulu putih itu berangsur pergi, karena hipnotis-nya diakhiri oleh wanita berambut perak yang masih berada di sebuah ruangan bersama beberapa hewan yang sedang meringkuk di sekitarnya.
Sekali lagi dia menghela napas lega dan mengelus kepala seekor rusa yang sedang nyaman meringkuk di pinggirnya. "Syukurlah dia dan rekannya selamat ..."
>>>>>>
TOK! TOK! TOK!
"Masuk saja, pintu tidak dikunci."
Pemilik suara bariton yang sedang berkutat dengan berbagai tumpukan dokumen yang menggunung dan kantong matanya yang mulai menghitam, tanpa sekalipun mengalihkan pandangannya itu.
Kemudian, Kolonel George bersama Letnan Kanada masuk secara bergantian, menutup pintu perlahan, dan berdiri di hadapan atasan mereka secara beriringan. "Lapor, Jenderal. Aku berhasil menemukan mereka, dan sesuai perintahmu ... aku membiarkan mereka kabur," kata Letnan Kanada dengan suara yang agak nggak ikhlas.
Kolonel George tertawa kecil dan menimpali. "Yah, setidaknya tidak ada yang tewas di misi kali ini 'kan?"
Jenderal tersebut tersenyum mendongak dan mulai memusatkan perhatian pada mereka berdua. "Terima kasih atas kerja kerasmu, Letnan Kanada. Kau boleh liburan selama dua minggu setelah menyelesaikan dokumen yang kuberikan di ruang kerjamu. Bisa tidak?" pintanya sambil menopang dagu di atas punggung tangannya.