Mohon tunggu...
Dona Mariani
Dona Mariani Mohon Tunggu... Seorang pelajar SMA Negeri 3 Brebes yang sedang mencari jati dirinya saat ini

Seorang pelajar yang sedang berusaha menjadi sesuatu. Menulis adalah salah satu kegemarannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Harapan di Tengah Kegelapan : Episode 5

19 Mei 2025   19:50 Diperbarui: 19 Mei 2025   19:42 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar : ChatGPT)

Pertama kalinya Rian dipanggil namanya oleh Harrith, membuat dirinya tersenyum hangat. Dia lalu meluruskan pandangannya. "Kita sudah semakin dekat dengan Kota Teras. Aku akhirnya mengingat pernah ke hutan ini saat mengikuti perkemahan tahunan saat SMP. Mungkin sekitar 60 km lagi, kita akan sampai," kata Rian dengan secercah harapan di wajahnya.

Harrith mengangguk takzim. "Bagus, ternyata lebih cepat dari perkiraanku," ujarnya. "Ayo, kita lanjutkan perjalanannya."

Harrith berlari lebih dulu, disusul oleh Rian. Mantel mereka berdua berkibar karena terpaan angin musim dingin.

Sementara itu, masih di TKP tadi. Beberapa pasukan bersenjata mengaduh pelan dan bahu membahu membantu para rekannya, kecuali pemuda tadi.

ARGH!

Dia berteriak frustasi sembari memukuli batang pohon terdekat hingga membuatnya hampir tumbang. Kocaknya, beberapa pasukan yang tidak terluka parah, malah menyangga batang pohon tersebut, bukannya menenangkan pemimpin mereka.

"Bos, tenangkan dirimu! Kita pasti bisa menemukan mereka nanti."

Salah seorang pasukannya, yang sedikit lebih tingggi darinya, menghampiri dan mengelelus bahunya. Pemuda tersebut menghela napas gusar. "Maaf, aku terlalu terbawa emosi tadi," katanya dengan menyesal.

"Lalu, bagaimana ini? Kita langsung melapor pada beliau?" tanya yang lain yang dibalas oleh rekannya dengan mengangkat bahu singkat.

Dari arah belakang, seseorang yang mengenakan jas lab menghampiri mereka. Mereka tidak panik, tapi justru mulai membersihkan TKP agar tidak terlalu dicurigai oleh pihak lain. Si pemuda yang masih berusaha menenangkan dirinya itu tidak panik, dan tanpa menoleh dia berkata, "Maafkan aku. Mereka lolos, Kolonel George," kata pemuda tersebut sambil menundukkan kepala.

Pria berbadan tegap yang dipanggil 'Kolonel George' itu hanya tersenyum dan menepuk kepalanya pelan. "Tidak apa-apa. Kau sudah cukup bagus tadi, Letnan Kanada. Berkatmu, kita jadi tahu pergerakan mereka selanjutnya," katanya dengan hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun