Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Waspada Predator Seksual di Dunia Maya!

6 Maret 2015   03:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:06 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_354132" align="aligncenter" width="600" caption="jejaring sosial facebook yang belakangan banyak digunakan para pelaku kejahatan untuk menjalankan aksinya melakukan kejahatan seksual (sumber foto : ft.com)"][/caption] Membaca status facebook Kompasianer Katedra Raja Wen beberapa waktu lalu membuat saya terhenyak dan tak habis pikir.  Berikut saya salin utuh cerita dari rekan kita tersebut :

"Seorang teman istri saya belakangan ini aktif ber-fb ria.  Kemudian berkenalan dengan seorang pria asal Palembang yang katanya ganteng dan baik.  Padahal gantengnya cuma melihat dari foto dan dianggap baik karena sering memuji.

Belum lama berkenalan pria tersebut mengajak kopi darat dengan mengirimi duit untuk membeli tiket pesawat ke teman wanita istri saya itu.  Tanpa pikir panjang kali lebar lagi karena mungkin sudah mabuk kepayang, sehingga tida bisa menghitung luasnya lagi, berangkatlah ia ke Palembang.  Seperti biasa teman dekat yang mengingatkan tak mempan lagi.  Sudah terbuai rayuan dan tertarik dengan tampang sī pria yang bak foto model.

Ketika istri menceritakan hal ini tentu saya sangat kaget dan khawatir bahwa bisa jadi hal ini adalah modus penipuan yang akan berakibat fatal seperti yang sering terjadi di dunia maya.  Namun tentu saya berharap teman istri saya akan baik-baik karena benar-benar bertemu dengan pria yang baik.  Cuma sampai saat ini belum ada kabar dari teman istri ini.

Apakah di antara para sahabat pembaca ada yang pernah membaca atau mengetahui kejadian yang sama seperti ini yang berakhir pada penipuan?  Terima kasih"

Ugh!  Ngilu saya membacanya. Seorang perempuan berkenalan dengan seorang laki-laki lewat dunia maya.  Dengan kelihaiannya, si lelaki 'membuai' si perempuan dengan kata-kata manis, apalagi ditunjang dengan 'foto' yang bisa bikin si perempuan melting.  Ujung-ujungnya karena 'rindu' yang tak bisa ditahan, si lelaki mengirimi uang untuk membeli tiket dan meminta agar si perempuan datang ke kotanya.  Si perempuan menurut saja dan berangkat ke sebuah tempat asing untuk menjumpai seorang lelaki asing yang sama sekali belum pernah ditemuinya. Bagaimana menurut Kompasianer?

Pahami Resikonya

Terus-terang saya ngeri membayangkan berbagai kemungkinan buruk yang bisa terjadi pada perempuan tersebut.  Seorang laki-laki yang mengirimi uang agar si perempuan membeli tiket untuk menemuinya jelas mengharapkan satu 'imbalan'.  Tak ada makan siang gratis, kata orang.  Hebat banget laki-laki itu, belum lama kenal sudah berani ngirim uang untuk beli tiket. Kita tak usah bicara kemungkinan keduanya akan melakukan perbuatan yang tak semestinya karena si perempuan pasti sudah paham soal itu - lagipula saya merasa tak pantas mencampuri urusan pribadi dan bicara soal moral. Yang saya takutkan adalah : si perempuan menyerahkan dirinya secara sukarela untuk menjadi korban kejahatan; seksual, kriminal lainnya, atau yang lebih mengerikan lagi menjadi korban sindikat perdagangan manusia. Kejahatan seksual, siapa bisa menjamin bahwa wajah laki-laki yang akan ditemuinya memang seganteng fotonya.  Jika si perempuan merasa tertipu dan menolak memberi 'jatah' yang diminta, apa si laki-laki akan rela begitu saja?  Bisa-bisa akan terjadi kejahatan seksual berupa pemerkosaan. Kejahatan kriminal lainnya, sudahlah si perempuan menjadi korban kejahatan seksual, si laki-laki masih pula menguras harta bendanya (uang dan barang-barang berharga lainnya).  Tanpa uang dan orang yang dikenalnya, bagaimana si perempuan bisa pulang?  Bagaimana ia bisa bertahan hidup di sebuah tempat asing?  Bagaimana ia bisa menghubungi keluarganya untuk meminta tolong?  Bagaimana jika ia menjadi korban penculikan? Namun yang paling mengerikan adalah apabila si perempuan menjadi korban sindikat perdagangan manusia.  Jalan hidupnya bisa berubah sangat drastis dan hampir bisa dipastikan selamanya ia tak akan bisa lepas dari mereka.

Semoga Saya Salah

Seperti kata Kompasianer Katedra Raja Wen, saya sangat berharap dugaan saya salah.  Saya berharap bahwa laki-laki yang akan ditemuinya memang benar-benar orang baik.  Hanya saja, saya kok berpandangan bahwa lelaki yang seperti itu bukan seorang gentleman. Seorang laki-laki yang bener, pasti lebih memilih untuk 'berkorban' mendatangi perempuan yang disukainya - dengan segala resikonya (jauhnya jarak, mahalnya akomodasi, ataupun si perempuan yang ternyata tidak seindah bayangannya). Si perempuan juga seharusnya waspada apabila ada seorang laki-laki yang masuk level high quality bisa dengan mudah mengumbar kata-kata manis pada orang yang baru dikenalnya, jangan malah terbuai dan pelan-pelan secara sukarela masuk pada perangkap yang sudah disiapkan.

Waspada Predator!

Meski belum tentu benar, setidaknya ada pola yang bisa digunakan untuk mengenali apakah laki-laki dunia maya tersebut bisa dipercaya atau tidak.  Beberapa pola yang bisa dikenali adalah sbb :

  1. Carilah informasi sudah berapa lama akun tersebut hidup di facebook.  Caranya, pergilah ke profil ybs kemudian lihat ke panel kanan sbb : Sebagai informasi, facebook lahir tahun 2004, jadi klik salah satu angka tahun yang lebih besar dari 2004.  Dari situ kita biasanya bisa menduga tahun berapa akun tersebut hadir di facebook, dan suka tidak suka, kita mesti waspada terhadap akun-akun yang baru muncul (kecuali jika akun tersebut kena hack). [caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="cek panel kanan untuk mencari informasi tahun berapa akun tersebut hadir di facebook (screenshot)"]
    [/caption]
  2. Lihat teman-temannya. Tentunya jika ada temannya yang kita kenal akan lebih baik.  Kita bisa langsung konfirmasi ke teman kita tersebut.  Jikapun tidak, kita seharusnya waspada apabila 90% temannya perempuan - terlebih jika perempuan yang menjadi temannya itu memiliki wajah cantik, tubuh indah, dan foto yang hmmmm...Kenapa?  Kita realistis saja, kenapa dia yang super ganteng gitu sampe harus 'repot-repot' nyari cinta di dunia maya?  Memangnya di kehidupan nyatanya nggak ada perempuan yang ngejar-ngejar dia?  Juga, foto-foto profil teman-temannya setidaknya bisa jadi gambaran seperti apa tujuannya dalam mencari teman.
  3. Cek group yang dia ikuti. Lihat di panel kiri, carilah informasi group apa yang dia ikuti di facebook sbb : [caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="cek grup yang dia ikuti di panel kiri (screenshot)"]
    cek grup yang dia ikuti di panel kiri (screenshot)
    cek grup yang dia ikuti di panel kiri (screenshot)
    [/caption] Kembali lagi, setidaknya kita bisa mendapat gambaran seperti apa orangnya, apa kesukaannya, dsb.
  4. Cek album fotonya? .. hm... kalau untuk yang ini, saya terus-terang agak ragu karena foto bisa menipu.

Semoga tulisan saya kali ini bermanfaat dan bisa mencegah orang-orang terdekat kita menjadi korban kejahatan dunia maya.  Selamat malam, selamat beristirahat, dan tetaplah waspada terhadap predator seksual yang banyak berkeliaran di dunia maya. Tautan Luar :

  1. Remaja Rentan Jadi Korban Kejahatan di Dunia Maya
  2. Remaja Seperti Ini yang Rentan Jadi Korban Kejahatan
  3. Berpatroli di Dunia Maya

Tulisan ini masuk kategori “Internet & Komputer” dan dipublish pertamakali di blog.ryanmintaraga.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun