Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pencatutan Foto dan Proses Produksi Sebuah Tayangan Televisi

2 Februari 2015   08:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:58 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14228125021348394944

[caption id="attachment_349038" align="aligncenter" width="540" caption="Contoh Ruang Panel (sumber foto : zoeproduction.blogspot.com)"][/caption]

Membaca tulisan Kompasianer Harja Saputra soal foto karyanya yang ‘dicatut’ pihak TVOne untuk acara “Satu Jam Lebih Dekat”, saya merasa tertarik untuk menceritakan proses bagaimana sebuah tayangan televisi hadir di layar kaca kita. Harapannya, semoga setelah ini kita bisa menduga-duga mengapa insiden pencatutan itu bisa terjadi dan apa yang bisa dilakukan untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali.

Sebagai catatan, tulisan ini dibuat berdasar pengalaman di tempat lain (bukan di TVOne) sehingga mungkin alur dan istilah yang digunakan sedikit berbeda.

Pihak yang Terlibat


Jika bicara pihak yang terlibat dalam proses produksi sebuah acara, hm... daftarnya bisa panjang.  Sebagai panduannya, di akhir acara biasanya ada item yang disebut Credit Title.  Credit Title ini menampilkan nama seluruh pihak yang terlibat dalam acara tersebut, mulai dari sponsor, penanggung jawab program, pasca produksi, hingga tim pengamanan dan transportasi.  Tapi saat ini kita fokus di tim inti produksi.

Di bagian ini hirarkinya bisa dimulai dari :


  1. Executive Producer (EP dibaca sebagai i-pi)
    Kadang disebut juga sebagai Penanggung Jawab Program, merupakan hirarki tertinggi dalam produksi sebuah acara.  Umumnya konsep dan style sebuah acara digagas oleh EP sehingga tanggung jawabnya mencakup seluruh aspek dari seluruh episode acara tersebut, misalnya jika sebuah acara ditayangkan sebanyak 13 episode (standar episode untuk satu musim/season), maka seorang EP bertanggung jawab untuk 13 episode itu.
  2. Program Director (PD dibaca sebagai pi-di)
    Kadang disebut sebagai Produser Pelaksana, kadang disebut juga sebagai Sutradara.  Di tempat saya dulu bekerja, jabatan PD ini langsung berada di bawah EP, sementara di tempat lain terkadang masih ada jabatan lain di antara EP dan PD.  Seorang EP membawahkan (mengepalai) beberapa PD sehingga ada kemungkinan acara 13 episode tersebut penugasannya dibagi-bagi ke PD yang berbeda-beda.  Karena itu, tanggung jawab seorang PD 'hanya' terletak pada episode yang ia pegang.  Semoga sampai di sini penjelasan saya bisa dimengerti.
  3. Production Assistant (PA dibaca pi-e)
    Sepanjang pengetahuan saya, PA adalah level paling bawah di tim produksi.  Tugasnya adalah membantu PD dalam urusan koordinasi dengan pihak lain di luar tim produksi (artis, narasumber, pasca produksi, pengamanan, studio, pengadaan alat, transportasi, konsumsi, dsb).  Tanggung jawab PA adalah memastikan bahwa semua sudah siap sampai ke hal yang sekecil-kecilnya.  Kalau bahasa gampangnya, PD datang semua sudah beres.


Di luar itu masih ada Creative atau Script.  Tugasnya adalah menyusun naskah (termasuk daftar pertanyaan) dan mencari materi pendukung (misalnya foto, biografi, dll) yang mungkin dibutuhkan.

Alur Tugas


Alur tugas biasanya dimulai dari meeting produksi antara EP, PD, PA, dan Creative.  Untuk acara semacam “Satu Jam Lebih Dekat” itu biasanya EP mengusulkan daftar tokoh/narasumber (narsum) yang akan muncul di setiap episodenya.

“Episode satu narsumnya ini, episode dua ini, episode tiga ini, dst…”

Tapi kadang terjadi perubahan, misal narsum yang tadinya muncul di episode 5 mendadak momennya pas untuk masuk episode 3, dan narsum episode 3 harus mundur ke episode 4.


  1. Setelah fix penentuan narsumnya, EP kemudian melimpahkan wewenangnya pada PD.
  2. PD, PA, dan Creative berbagi tugas.
  3. PD akan membuat rundown yaitu urut-urutan jalannya acara, misalnya acara akan dibuka dengan pemutaran video profil singkat narsum, setelah itu host muncul dan mengucapkan sepatah-dua patah kata sebelum memanggil narsum, dsb termasuk menentukan jeda acara sebelum iklan.
  4. PA akan mengurus koordinasi dengan pihak lain di luar tim produksi, umumnya adalah urusan penjadwalan : “Pak, nanti tanggal sekian saya minta pengamanan di Studio 1”, “Pak, tanggal sekian saya booking Studio 1 untuk acara xyz”, “Pak, tanggal sekian mohon disiapkan sekian kamera berikut campernya (camera person) dari jam sekian sampai jam sekian”, “Pak, untuk tanggal sekian saya butuh properti berupa meja, sofa, karpet, dll untuk acara xyz di Studio 1”, dst.
  5. Creative akan menentukan materi yang dibahas, daftar pertanyaan yang akan diajukan host kepada narsum, dan mencari materi pendukung berupa potongan berita, foto, ataupun video, dll.  Khusus untuk materi pendukung, creative akan senang apabila menemukan materi yang ‘bersih’ dalam artian tidak ada logo atau watermark dari entitas lain, apalagi jika kualitas materi tersebut bagus (jelas, tajam, resolusi tinggi).
  6. EP, PD, dan PA terus memantau dan memastikan semuanya siap menjelang Hari H acaranya.
  7. Beberapa jam sebelum acara dimulai biasanya ada yang dinamakan Rehearsal atau gladiresik sekaligus koordinasi akhir.
  8. PD dan PA bersiap di ruang panel.  Acara dimulai!

Lalu di Mana Masalahnya?


Untuk insiden pencatutan foto yang dialami Kompasianer Harja Saputra, kemungkinan masalahnya bisa terjadi di sini :


  1. Karena tanggung jawab penyediaan materi pendukung ada pada Creative, tudingan pertama tentu bisa diarahkan ke sini.  Dan seperti yang tadi saya katakan bahwa materi yang bersih lebih disukai, ada kemungkinan Creative lupa materi dimaksud diambil dari sumber mana karena bisa jadi ia mencari materi dari banyak tempat.  Kondisi bakal makin parah apabila foto dimaksud judulnya cuma ‘foto 1’, ‘foto 2’, ‘foto 3’, dsb.
  2. Mungkin saja Creative sudah menyertakan kredit pada materi pendukung akan tetapi lupa mengkoordinasikannya pada PA untuk penyebutan sumbernya, dan jangan harap PD atau EP akan memeriksa hal tersebut.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?


  1. Watermark
    Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus memberi watermark pada foto yang memiliki ‘nilai jual’. Sebelum mem-publish sebuah foto, luangkan sejenak waktu untuk memberi tanda kepemilikan kita atas foto tersebut.
  2. Disclaimer
    Kita juga bisa menuliskan amaran bahwa penggunaan foto yang ada di situs kita harus melalui persetujuan kita sebagai pemilik.  Cantumkan kontak yang bisa dihubungi (alamat surel maupun nomor telepon).
  3. Penamaan File
    Alternatifnya, mulai saat ini kita mesti mengubah aturan penamaan foto yang di-publish di situs kita.  Jika dulu penamaan file-nya mungkin cuma ‘foto 1.jpg’, ‘foto 2.jpg’, dsb, untuk sekarang mungkin perlu diubah jadi ‘alamat-situs-foto-1.jpg’ agar orang lain tahu foto tersebut diambil dari mana.

Catatan Akhir


Insiden pencatutan foto seperti yang Kompasianer Harja Saputra alami bukanlah kejadian yang pertama.  Sedih memang ketika stasiun televisi menghormati karya orang asing yang diambilnya dari YouTube dengan mencantumkan URL video tersebut, pada saat bersamaan justru menganggap remeh karya bangsanya sendiri.  Padahal saya yakin kebanyakan kita tidak akan meminta kompensasi atas penayangan hasil karya di layar kaca, yang ada juga kita malah bangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun