Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Persahabatan 200 Tahun

24 Agustus 2014   21:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:41 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14088647121697334890

Tampak milyaran, bahkan mungkin trilyunan kesadaran seperti kami.  Mereka hadir dalam berbagai ukuran dan warna; merah, orange, kuning, hijau, biru.  Sangat jarang yang berwarna violet.  Namun hanya ada satu ‘kesadaran’ yang terbesar dan berwarna putih terang.  Ia bergerak dengan tenang, nyaris tak bergerak, dikelilingi cahaya-cahaya lainnya.

“Itu siapa?” tanya cahaya merah tersebut, “Ia sangat besar dan terang.”

“Kau bisa bertanya sendiri padanya,” jawabku, “Ia sudah sangat lama ada di sini.  Ia pernah bilang bahwa takdirnya ke dunia belum tiba.”

“Takdir apa?”

“Takdir untuk membawa satu jiwa putih terang lagi yang sekuat dia kembali ke sini.”

“Oh…”

* * *

Sepuluh, dua puluh, limapuluh, seratus, duaratus tahun berlalu.  Kami banyak menghabiskan waktu bersama.  Cahaya merah itu sekarang sudah sedikit lebih terang.  Selama masa itu kami banyak melihat cahaya-cahaya lain datang silih berganti.

Suatu hari cahaya itu pergi meninggalkanku.  Ia kembali ke dunia bersama cahaya-cahaya lainnya.

“Kita akan bertemu kembali!” ujarnya, “Terimakasih untuk kebersamaan kita.”


Jarak antara kami semakin melebar.  Ia semakin jauh masuk ke dalam pusaran takdir.  Aku tak melepaskan pandanganku padanya hingga pusaran yang membawanya menutup.

“Berbahagialah…” bisikku.

* * *

Sembilan tahun kemudian aku mendengar ia kembali.  Tubuh gadis kecil yang ditempatinya tewas dalam sebuah kebakaran dan tidak bisa diselamatkan karena terjebak dalam rumah berteralis besi tebal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun