Mohon tunggu...
Ryan Ganafi
Ryan Ganafi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa

saya manusia suka ketawa, hidup itu ya harus hahaha ((:

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Melawan Interpretasi Otomatis Pada Sebuah Peristiwa

22 Januari 2023   00:43 Diperbarui: 22 Januari 2023   00:45 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam kehidupan, sering kali kita merasakan suatu kejadian yang mengenakan maupun tidak mengenakkan dan membuat emosi muncul seketika. Dengan contoh, kita lupa menaruh barang padahal kita sedang membutuhkan barang tersebut, stres terhadap tugas kuliah, atau pada saat perjalanan kia terjebak dengan kemacetan. Emosi yang  dimunculkan kebanyakan emosi yang negatif.

Emosi yang dihasilkan dari kejadian tersebut merupakan emosi yang negatif, karena setelah kejadian tersebut biasanya yang timbul adalah reaksi marah. Selain marah, rasa cemas, takut, depresi, rasa benci, sedih, dan lain-lain. jadi dapat disimpulkan bahwa emosi negatif adalah sebuah emosi yang tidak diharapkan yang akan terjadi pada diri seseorang. Namun, emosi negatif ini lebih sering dialami dalam kehidupan manusia. 

Pada buku Filosofi Teras karya Henri Manampiring menyadari benar bahwa tidak jarang emosi negatif muncul akibat "Interpretasi Otomatis" terhadap suatu kejadian yang dialami (Manampiring, 2018).

Baca juga: Perihal Memaafkan

Apasih Interpretasi Otomatis itu ? Interpretasi Otomatis adalah pemaknaan secara sepontan terhadap suatu kejadian baik negatif maupun positif. Misalnya, ketika sedang terburu-buru mau rapat tapi lupa menaroh kunci mobil padahal jam sudah mepet, lalu spontan berkata "aduh!!! dimana kuncinya !! kemarin kan tak taroh disini, apes banget sih hari ini" padahal kuncinya ada di dalam tas. akhirnya merasa jengkel, kesal, dan marah. 

padahal Interpretasi otomatis bisa di ubah, asalkan kita mau meluangkan waktu untuk berpikir sejenak agar bisa menjadi lebih rasional. 

Dari kejadian lupa menaroh  kunci tadi, interpretasinya bisa diubah "aduh, gue kemarin naroh kunci dimana ya ? coba deh gue cek dulu di tas siapa tau ada" dengan interpretasi tersebut maka timbullah emosi positif.

Nah, kali ini ada satu teknik yang bisa kita lakukan untuk melatih diri kita agar bisa memberikan Interpretasi Otomatis pada suatu kejadian yang responnya bersifat positif. Teknik tersebut dinamakan "S-T-A-R".

Apasih Teknik S-T-A-R itu ? S-T-A-R adalah suatu teknik dimana berisi langkah-langkah  yang bisa digunakan untuk melawan Interpretasi Otomatis yang sifatnya negatif. Misalnya marah, stres, depresi, jengkel, dan lain-lain. S-T-A-R adalah kepanjangan dari Stop, Think & Asses, Respond (Henri Manampiring,2018).

 Stop (berhenti) : begitu merasakan adanya emosi negatif (takut, marah, sedih) ambilah jeda sejenak atau bisa ambil nafas sejenak untuk menenangkan pikiran.

Think & Asses (dipikir dan dinilai) : setelah menghentikan emosi negatif,mulailah menilai. "apakah perasaan emosi negatif tersebut bisa di benarkan atau tidak ?", "apakah emosi yang saya buat tadi diluar kendali saya ?" 

Respond (respon) : sesudah kita menilai perasaan emosi sebaik-baiknya, barulah kita merespon apa yang kita berikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun