Mohon tunggu...
Ristianti
Ristianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memiliki minat pada sastra.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Benarkah Manusia Tidak Meminta Dilahirkan ke Dunia?

1 Juni 2022   17:20 Diperbarui: 1 Juni 2022   17:54 6954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Banyak sekali penafsiran kata amanat dalam ayat ini menurut para ahli tafsir. Ada yang menafsirkannya sebagai berbagai kewajiban agama seperti shalat, puasa, dan rukun Islam. Dengan kata lain penafsiran kata amanat sebagai segala sesuatu yang menjadi beban keagamaan. Namun ada juga yang menafsirkan amanat ini sebagai akal. Bahwa manusia diberi keunggulan dari pada makhluk lain yaitu akal sekaligus syahwat.

Muhammad Mutawalli al-Syarawi ( Aniesa Maqbullah: 2018) menafsirkan amanat sebagai suatu kebebasan untuk memilih antara beriman atau kafir, taat atau maksiat. Langit, bumi, dan gunung-gunung enggan menerima amanat tersebut disebabkan karena takut jika suatu saat mereka akan menjadi lalai akan amanat yang ditanggung. 

Maka dalam hal ini, redaksi ketundukan langit, bumi, dan gunung-gunung kepada Allah sebagai sesuatu yang mutlak adalah salah. Sebab, sebelumnya Allah telah memberikan pilihan kepada mereka terlebih dahulu.

Begitupun seorang manusia. Seperti dalam salah satu ceramah Dr. Zakir Naik, dijelaskan bahwa sebelum seseorang diciptakan menjadi manusia, maka makhluk tersebut juga diberi kebebasan untuk bersedia menanggung amanat tersebut atau tidak. 

Dikatakan bahwa jika seorang manusia memilih ketaatan maka derajatnya akan lebih mulia daripada malaikat dan jika seorang manusia memilih kemaksiatan dan menjadi kafir maka derajatnya akan lebih hina daripada iblis, sebagaimana yang dikatakan Allah sebagai zalim dan bodoh. 

Demikianlah, manusia memilih untuk mengemban amanat tersebut. Amanatnya adalah diberikannya kebebasan untuk memilih antara ketaatan dan kemaksiatan. Jadi, apabila disebutkan bahwa manusia tidak pernah meminta untuk dilahirkan ke dunia, maka sebenarnya ingatan ia dihapuskan atas penawarannya dengan Allah pada waktu dahulu sebelum ia diciptakan. 

Amanat juga merupakan suatu yang harus diemban dan dijaga hingga waktu yang diberikan telah habis. Dan dalam waktu pengembanan amanat tersebut, manusia tentu dibekali dengan ketauhidan dan fitrah sewaktu dilahirkan.

Dikatakan lagi dalam firman Allah yang lain, bahwa dunia tidak lain hanyalah panggung bagi manusia. Manusia diberikan skenario terbaik untuk dipentaskan. 

Jika manusia mau menjalankan segala skenario nasib dengan berbagai ujian yang telah diberikan dan mendekatkan ia kepada ketauhidan, maka manusia termasuk golongannya yang terbaik. Sebaliknya, jika manusia enggan menerima nasib yang telah diberikan kepadanya, hingga mengakibatka ia jauh dari Allah dan mendekatnya kepada kemaksiatan, maka ia termasuk dari golongannya yang zalim dan bodoh.

Wallahu'alam bisshawab. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun