Organisasi didirikan sebagai tempat bernaung dan berlindung anggota, termasuk ATPUSI.
Ketua Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (ATPUSI) kabupaten Bangka Yusnita menjelaskan ATPUSI sebagai tempat curhat dan melahirkan ide dari para anggota.Â
ATPUSI sebagai wadah pustakawan dapat menjadi tempat pengembangan diri dan membuka wawasan para anggota yakni tenaga perpustakaan sekolah.Â
Tenaga perpustakaan sekarang ini bukan hanya bertugas menjaga buku tapi juga menyebarkan infofrmasi yang benar bukan berita hoaks, apa lagi sebagai tempat memproduksi hoaks.
Karena itu tenaga perpustakaan untuk terus menbekali diri dengan informasi terbaru dan tidak ketinggalan dengan teknologi informasi dewasa ini.
ATPUSI kabupaten Bangka saat ini dengan anggota berasal dari tenaga perpustakaan SD, SMP san SMA di kabupaten Bangka.
Dari 245 sekolah yang ada diakui Yusnita tidak semua sekolah menjadi anggota karena ada perpustakaan sekolah tidak memiliki pengelola perpustakaan.
Perpustakaan sekolah juga sudah harus berkembang diantaranya dalam manajemen koleksi perpustakasn tidak hanya memiliki koleksi buku paket tapi buku lannya dari berbagai gendre.
"Buku terbitan tahun 1986 misalnya  tidak abdet lagi maka singkirkan buku itu dan ganti dengan buku terbaru,"ujar Yusnita ketika dialog Ruang Pustaka di RRI Sungailiat..
Sebagai organisasi tempat bernaung dan berlindung anggota, peran ATPUSI diantaranya memberikan pencerahan dan peningkatan ketrampilan kepada anggota dalam upaya meningkatkan profesionalitas anggota.
ATPUSI mengharapkan pengelola perpustakaan melakukan advosi yakni mencari bantuan untuk memajukan perpustskaan seperti yang dilakukan ATPUSI kepada Pj Gubernutpr Kepulauan Bangka Belitung.
ATPUSI yang diwakili Heti Rukmana berhasil meyakinkan gubernur dengan program ATPUSI sehingga tergarak memberikan dukungan baik moril maupun materiil.
Wakil ketua ATPUSI kabupaten Bangka Heti Rukmana mengatakan, sebagai pengelola perpustakaan sekolah jadilah anggota ATPUSI karena ATPUSI bisa membantu pengelola bagaimana mengelola perpustakaan sesuai srandar nasional.
Bagi pengelola perpustakaan yang tidak paham ada tata caranya yang diajarkan melalui bimbingan teknis yang diselenggarakan ATPUSI.
Menurut Heti tantangan pengelola perpustakaan cukup besar saat ini sehingga pengeloka perpustakaan sekolah agar dapat mengetahui  dan memahami fungsinya.
Pengelola perpustakaan akan menghadapi tugas yang menantang seperti akredirasi perpustakaan dan membuat nomor induk perpustakaan karena itu untuk dapat mengiikut webinar yang sering diselenggarakan Perpustakaan Nasional.
Sedangkan pustakawan Fitri mengingatkan pengelola perpustakaan agar menjadikan perpustakaannya familier sehingga bisa dikenal masyarakat.
Sosialisasikan keberadaan perpustakaan diantaranya dapat dilakukan melalui promosi dengan menggunakan sosial media dan media lainnya.
Fitri mengharapkan pengelola perpustakaan untuk sering melakukan sosialisasi dan promosi.
"Menarik minat siswa ke perpustakaan diantaranya dengan mengatur waktu kunjungan bekerjasama dengan guru," kata Fitri,
Selain itu perpustakaan sekolah bisa dijadikan tempat kreatifitas siswa yang bisa melahirkan karya.
Salam literasi dari pulau Bangka.
Rustian Al'Ansori