Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pagi Terasa Berpantun, Narasi Mendoakan Embun

21 April 2020   06:14 Diperbarui: 21 April 2020   06:14 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Telah dibasuhnya wajah dengan embun, bukan karena sudah pikun. Hanya ingin merasakan air murni bisa menyejukkan kulit yang mulai mati. Tetap awet muda seperti hijaunya daun. Bisa bertahan kuat di beberapa pagj.

Telah menjadi penikmat embun. Tak ingin membiarkannya tegeletak kemudian terinjak. Mengamalnya tanpa mantra hanya keyakinan dari tahun ke tahun.

Ketika pagi membiarkan kaki basah tanpa di alas menginjak embun. Sedang mengaliri tubuhnya dari kaki yang menguatkan imun. Pagi terasa berpantun. Narasi pagi mendoakan embun. 

Embun di dua telapak tangan yang belum keriput telah membasuh wajah yang mulai kerisut. Telapak tangan yang mengenggam, wajah yang tidak bisa diam. Telinga, hidung, mulut dan mata indra yang membebani. Tangan yang bisa disembunyi. 

Jangan terbebani, karena langkah menjadi tertatih. Kau terlalu letih. Telah menjadi lekas menua. Bukan embun yang bisa mengalahkan garis usia yang menggurat wajah. Tapi untuk menerima apa adanya, menjadi orang tabah. 

Sungailiat, 21 April 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun