Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Penjaja Kopi

8 Februari 2020   22:26 Diperbarui: 8 Februari 2020   22:21 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saputangan basah karena air mata, embun membuat bertambah basah. Perempuan menjajakan kopi kepada lelaki yang gelisah.

Perempuan penjaja kopi menawarkan diri. Memberikan ruang hati. Tak ada jawaban dari lelaki.

Lelaki menikmati kopi. Hati gelisah dituntut janji. Perempuan yang belum dinikahi telah dihamili. Perempuan penjaja kopi tidak mengetahui.

Kopi hangat terasa embun. Lelaki tak menemukan kehangatan terus tertegun. Membuat tatapan hampa dalam lamunan. Perempuan penjaja kopi mengingatkan. Hari sudah malam. Lelaki tetap diam.

Kecamuk lelaki tertumpahkan di tengah malam. Penjaja kopi terdiam. Angin malam telah mengarahkan, perempuan penjual kopi menyarankan. Agar lelaki mengawinkan perempuan yang dihamili. Jangan dibiarkan sendiri.

Penjaja kopi ganti berkisah, matanya basah. Saputangan bertambah basah. Juga mengalami, menghidupi buah hati dalam susah. Lelaki tergugah. Kemudian pergi meninggalkan secangkir kopi, ia ingin menikah.

Penjaja kopi mengusap pipinya yang basah. Memandang gelap malam yang mulai lelah. 

Sungailiat, 8 Februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun