Terulang kembali ketika tak lagi beradat, ada yang durhaka. Mulut culas anak menghina ibunya. Seketika petir menyambar, pertanda itu benar. Ia telah durhaka, tapi petir tak jadi menyambar dirinya hanya pertanda. Tak jadi legenda. Tak kena kutukan. Tak jadi batu disumpah ibunda.
Masa lalu itu ilmu. Masa lalu itu keliru. Masih sama dengan masa lalu berarti tak maju. Kita bukan pendosa, bukan pula pewaris dosa. Kutukan ratusan tahun yang lalu, Â mengapa menjadi pembenaran? Kita sedang diuji keteguhan keimanan.Â
Sungailiat, 23 November 2019Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!