Mohon tunggu...
Russell Victor Xiao
Russell Victor Xiao Mohon Tunggu... Pelajar

Murid

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Langit Merah di Atas Bahari

6 Agustus 2025   22:27 Diperbarui: 26 Agustus 2025   13:18 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahari (Sumber: Nat Geo)

Penyelam 
Penyelam 

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan lebih dari 17.000 pulau yang membentang dari Sabang hingga Merauke.

Di balik kemegahan gugusan pulaunya, Indonesia menyimpan kekayaan bahari yang luar biasa. Lautan yang mengelilingi negeri ini bukan sekadar bentangan air asin, melainkan sumber kehidupan, kekayaan alam, dan warisan budaya yang telah menghidupi masyarakatnya sejak dahulu kala.

Secara geografis, sekitar 70% wilayah Indonesia adalah laut, menjadikannya salah satu negara maritim terbesar di dunia. Dengan garis pantai sepanjang 99.093 kilometer, Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada. Laut Indonesia menjadi rumah bagi sekitar 3.000 spesies ikan, 590 jenis terumbu karang, serta berbagai spesies langka seperti dugong, penyu laut, dan ikan napoleon. Indonesia juga menyumbang sekitar 17% dari total terumbu karang dunia, menjadikannya bagian dari Coral Triangle, sebuah area segitiga karang yang diakui sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia.

Sektor kelautan memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), potensi ekonomi maritim Indonesia diperkirakan mencapai USD 1,33 triliun per tahun. Ini mencakup sektor-sektor seperti perikanan tangkap dan budidaya, pariwisata bahari, transportasi laut, industri garam, serta energi terbarukan seperti tenaga ombak dan arus laut. Sub-sektor perikanan misalnya, pada tahun 2022 mencatatkan produksi lebih dari 24 juta ton ikan dan menyumbang sekitar 3% terhadap PDB nasional.

Namun, semua potensi tersebut terancam oleh berbagai masalah lingkungan. Menurut laporan United Nations Environment Programme (UNEP), Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia, dengan sekitar 620.000 ton sampah plastik masuk ke laut setiap tahunnya. Selain itu, lebih dari 30% terumbu karang di perairan Indonesia mengalami kerusakan akibat penangkapan ikan dengan bahan peledak, perubahan iklim, serta aktivitas pariwisata yang tidak ramah lingkungan.

Di bawah matahari senja, tarian ombak memenuhi permukaan bahari. Langit memerah perlahan, seperti lukisan hidup di atas cakrawala yang luas. Angin laut berhembus dengan lembut, membawa aroma garam dan bisikan kisah dari kedalaman samudra. Di kejauhan, kapal-kapal nelayan mengapung tenang, beristirahat setelah seharian menantang gelombang. Di setiap jaring yang ditebarkan, terselip harapan akan rezeki dan perlindungan. Bahari bukan sekadar tempat mencari nafkah, ia adalah teman berbagi sepi dan saksi bisu perjuangan. Burung-burung tampak melayang di angkasa, menyanyikan lagu yang hanya dimengerti oleh mereka yang dekat dengan lautan.

Pantai perlahan ditinggalkan cahaya, digantikan kelap-kelip lampu perahu di kejauhan. Suara angin mulai lebih dalam, seperti tengah menceritakan rahasia yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang dapat mendengarkan dengan hati. Pasir dingin memeluk jejak-jejak kaki yang telah berlalu, seolah menyimpannya sebagai kenangan yang tidak akan terhapus gelombang. Laut, dalam diamnya, mengajarkan keteguhan dan ketulusan. Ia memberi tanpa meminta kembali, dan menerima segala yang datang tanpa memilih. 

Dari sungai terendah hingga gunung tertinggi, semuanya bermuara pada laut yang sama. Bahari adalah puisi tanpa huruf, melodi tanpa notasi. Ia berbicara dalam bahasa yang tak terdengar telinga, namun dirasakan jiwa. Siapa pun yang mau menyelami kedalamannya, akan menemukan makna yang lebih dari sekadar air dan garam. Ia menyambut air dari hulu yang jauh, membawa serta cerita dari rimba dan ladang, dan mengembalikannya ke langit dalam bentuk uap dan hujan yang menumbuhkan harapan baru. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun