Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wayang, Raden Yuyutsu-Kurawa Pencil (4)

25 Maret 2019   02:53 Diperbarui: 27 Maret 2019   09:36 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nini, semua kesalahan itu bersumber dari aku yang tua ini. Entah apa dulu yang telah aku lakukan sehingga membuat Tuhan menetapkan jalan yang sulit bagi cucu-cucuku ini," kata Resi Abiyasa seperti ada yang ia sesali," tapi Nini Sugala tidak perlu takut. Tidak ada yang akan memaksamu. Kami hanya sekedar berharap, andai engkau bersedia melakukannya dengan penuh keikhlasan."

Seketika Emban Sugala menangis ngguguk dan segera sungkem di kaki Resi Abiyasa. 

Ia tidak tega seorang resi agung yang maha bijaksana seperti Sang Abiyasa begitu merendah kepadanya.

"Ampun bapa resi, hamba bersedia membantu keluarga ini dengan ikhlas," katanya agak tersenggal-senggal," daulat kanjeng begawan, hamba manut dawuh paduka."

Buru-buru Begawan Abiyasa bangkit dan membangunkan emban Sugala.

"Baik, baiklah nini emban, segera bangunlah. Bangunlah dan tenangkan dirimu."

Widura dan semua orang yang ada di situ seperti tertegun menyaksikan sikap dan ekspresi emban Sugala. 

Diam-diam mereka bersyukur atas kesediaan wanita tersebut sesuai penuturannya sendiri tadi.

Sebentar kemudian setelah semua menjadi tenang maka Resi Abiyasa melanjutkan penuturannnya.

"Nah, nini tentu kami semua sangat bersyukur dan berterimakasih atas kebaikan hatimu. Tapi tentu kami ingin agar engkau mau mengemukakan permintaanmu," kata orang tua itu seraya memandang penuh haru kepada Nini Sugala,"maksudku, apabila engkau punya syarat-syarat tertentu kemukakanlah."

Sejenak wanita itu terdiam. Wajahnya masih sembab oleh air mata dan tertunduk lesu di hadapan Resi Abiyasa.

"Nini, aku ingin engkau tidak takut menyampaikan maksudmu. Buatlah kami semua merasa lega atas kesediaanmu itu."

"Bab..baik bapak resi, mohon ma'af hamba tidak punya syarat apa-apa bapa," jawab Nini Sugala sambil menangis lagi, "bahkan sebenarnya hamba juga tidak ada dendam apapun kepada Gusti Ayu Gendari ...huhu.. huk..!"

"Teruskan Nini, bicaralah terus !"

"Bapa, hamba ikhlas melaksanakan ini semata-mata karena pengabdian hamba pada keluarga Bapa Resi. Hamba hanya berdo'a semoga anak kami kelak menjadi anak yang berguna bagi sesama."

"Jangan sedih nini, aku juga akan selalu ikut mendo'akan untuk kebaikan anakmu kelak. Bukankah anakmu besuk itu juga cucuku pula? Semoga Yang Maha Kuasa berkenan mengabulkan do'aku," berkata Begawan Abiyasa. 

"Nah, besuk kita persiapkan segala keperluan pernikahan kalian. Sekarang kau boleh beristirahat karena hari sudah larut malam. Sengkuni, antarkanlah Nini Sugala ke asrama tempatnya."

"Sendika Bapa Resi, " jawab Sengkuni seraya mengangguk hormat.

Bersambung ke link berikut:

https://www.kompasiana.com/rusrusman522/5c99e0d4cc528314ff5943e2/wayang-raden-yuyutsu-kurawa-pencil-5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun