"Kang mas prabuu. Kita tidak boleh diam kan mengalami hal ini?" Katanya sambil terisak-isak.
"Tentu tidak dinda dewi. Akupun ingin memberi pelajaran kepada raksasa jahat itu,"
"Jangan berlama-lama kangmas. Rasanya hidupku tak akan tenang jika kangmas belum membalaskan dendam ini."
Demikianlah, atas desakan dari istri tercintanya maka saat itu juga Prabu Arjunasasrabahu meminta para raja bawahan segera mengumpulkan sisa-sisa laskar yang bercerai berai.
"Aku sendiri yang akan memimpin pasukan Maespati menghadapi Rahwana," katanya.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama telah tersusun pasukan segelar sepapan yang siap diberangkatkan.
"Belum puas rasanya kalau belum menjuing-juing kuwanda si  keparat Rahwana," geram sang raja.
Namun tak tersangka di tengah perjalanan menuju Alengka pasukan itu dihadang oleh Bhatara Narada dan Bhatara Mahadewa.
Para dewa itu sengaja menghadang langkah Prabu Arjunasasrabahu atas perintah Bhatara Guru.
"Hai cucu ulun ngger Arjunasasrabahu. Mengemban perintah Adi guru, ulun menghadang lakumu yang bertekad menggelar perang melawan Rahwana."
"Daulat Kanjeng pukulun," jawab Arjunasasrabahu setelah memberikan sembah.