Mohon tunggu...
Ruslan Jusuf
Ruslan Jusuf Mohon Tunggu... -

Suka membaca, menulis, travel, dan gemar kuliner tradisional

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kopiah Riman, Souvenir Khas Aceh Asal Pidie

10 Desember 2013   21:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:05 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_283089" align="aligncenter" width="480" caption="Kopiah Riman Sebelum Tahun 1940-an"][/caption] Sumber: Kopiah Riman

BILA anda pernah berkunjung ke Aceh, nama Pidie sepertinya tidak lagi asing kedengarannya. Kabupaten yang dikenal sebagai pusat produksi emping melinjo di Aceh ini, telah banyak menjadi perhatian publik kala konflik masih berkecamuk. Sebab, selain banyak tokoh nasional Indonesia asal Aceh yang berasal dari sini, pelopor pemberontakan terhadap Republik Indonesia juga tidak sedikit lahir dari wilayah yang masyarakatnya dikenal sangat piawai dalam berbisnis semisal Ibrahim Risjad. Tapi anda jangan terpaku pada ’konflik’ dan ’pemberontakan’ yang pernah terjadi. Karena Pidie juga dikenal sebagai satu-satunya wilayah di Aceh yang memproduksi souvenir menarik yang dinamakan Kupiah Riman (Kopiah Riman).

Kopiah Riman atau juga disebut peci riman, produk khas tradisional Aceh yang banyak diminati oleh publik. Bahkan pemasarannya telah sampai ke luar negeri, seperti Malaysia. Kopiah Riman adalah produksi rumahan yang hanya dapat ditemukan di Gampong (desa) Adan, Pidie. Gampong Adan terletak sekitar 15 Km jauhnya dari Sigli, ibukota kabupaten Pidie. Kopiah riman yang merupakan karya seni warisan Kesultanan Aceh Darussalam ini terbuat dari serat pohon aren. Gampong Adan dapat dicapai dalam waktu tiga jam perjalanan dari Banda Aceh, ibukota provinsi Aceh.

Selain bertani, penduduk Gampong Adan memiliki keterampilan membuat kopiah riman, yang merupakan penutup kepala tradisional Aceh. Hampir setiap keluarga di Gampong yang dihuni 300 jiwa ini, memiliki keahlian membuat kopiah riman.

Meskipun bentuknya sederhana, membuat kopiah riman memerlukan keterampilan khusus dan perlu ketelatenan serta kesabaran. Karena untuk membuat kopiah ini memakan waktu cukup lama, sekitar satu bulan.

Pembuatan kopiah riman menggunakan bahan baku serat pohon aren. Kebetulan pohon aren banyak terdapat di daerah ini.

Kaum lelaki yang bertugas mencari batang pohon aren yang tumbuh liar di sekitar desa. Batang aren kemudian dirajam sehingga berbentuk serat.

Proses selanjutnya dikerjakan oleh pihak perempuan. Mulai dari para gadis hingga ibu rumah tangga. Sebelum diolah, serat pohon aren dipilih terlebih dahulu.

Kemudian direndam dalam larutan lumpur dan daun pewarna yang sudah ditumbuk. Serat kemudian dicuci. Setelah itu dijemur. Serat yang telah kering kemudian digunakan untuk membuat kopiah.

Pembuatan kopiah khas Aceh warisan Sultan Iskandar Muda ini dihidupkan kembali sejak tahun 1985 silam.

Awalnya, kerajinan ini hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Namun, karena peminatnya semakin banyak, pembuatan kopiah ini kemudian menjadi usaha sampingan yang dapat menghasilkan uang.

Sebagai produk yang memiliki nilai budaya, proses pembuatan kopiah riman harus dipertahankan secara tradisional. Sehingga kopiah khas Aceh ini memiliki nilai yang tinggi bagi para pemakainya.

Hidupnya kembali usaha kerajinan kopiah tradisional ini membuat warga Gampong Dayah Adan memiliki alternatif sebagai mata pencarian selain bertani dan berdagang.

Apalagi kopiah riman kini tidak saja dipasarkan di Aceh, tetapi juga telah menyebar ke daerah-daerah lain di Indonesia, bahkan hingga ke mancanegara.

[caption id="attachment_283092" align="aligncenter" width="360" caption="Ibu Badriyah (Sumber: http://beritagar.com/p/warisan-kerajaan-aceh-diminati-malaysia)"]

1386684228370318169
1386684228370318169
[/caption]

Salah seorang warga Gampong Adan yang menjadi pengrajin kopiah riman adalah ibu Badriyah (49). Ia juga pemilik usaha Pusaka Maha yang khusus memproduksi kopiah riman. Sebagaimana lazimnya industri rumahan yang banyak tersebar di Indonesia, ibu Badriah juga menggunakan tenaga kerja lokal asal Gampong Adan dalam menjalankan roda bisnisnya. Menurut ibu Badriah, bisnis kopiah riman telah ia rintis sejak tahun 1985. Harga satu kopiah riman produksi Pusaka Maha milik ibu Badriyah adalah Rp 200 ribu. Bisnis ini beromset Rp 10 juta per bulan.

[caption id="attachment_283095" align="aligncenter" width="360" caption="Kopiah Riman Produksi Pusaka Maha Milik Ibu Badriyah (Sumber: http://beritagar.com/p/warisan-kerajaan-aceh-diminati-malaysia)"]

1386684506198803303
1386684506198803303
[/caption]

Ibu Badriyah menyampaikan bahwa kopiah atau peci riman mulai banyak digemari setelah ia sukses dalam sebuah acara pameran di Malaysia. ”Kita sering kirim ke Malaysia. Peci ini digemari di sana karena sudah pernah kita pamerkan di Malaysia. Pernah juga dipamerkan di acara kerajinan tangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan di Jakarta,” tuturnya.

Bahkan, kini tidak sedikit jumlah para pejabat pemerintahan di Aceh menjadikan kopiah riman sebagai trend yang digunakan di kantor-kantor tempat mereka bertugas.

Ruslan

Sumber:

Kupiah Riman

Warisan Kerajaan Aceh Diminati Malaysia

Kopiah Riman Dari Aceh

Le magazine culturel:un fez typique des musulmans d'Aceh, Kopiah Riman

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun