Iwel-iwel terbuat dari bahan dasar ketan dan parutan kepala yang diisi gula merah. Rasanya gurih dan manis. Lengket karena dari bahan dasar ketan simbol dari kedekatan orang tua dan anak. Kasih sayang orang tua yang tak pernah putus lengket terus seperti ketan.
Dalamnya manis karena ada gula sebagai simbul dan harapan semoga kelak menjadi anak yang bertutur kata manis dan menyejukkan. Menjadi anak yang membanggakan kedua orang tua.
Dibungkus daun menyerupai bentuk piramida yang mengerucut lancip ke atas. Menuju Tuhan Yang Maha ESa. Sedang lima sudutnya melambangkan rukun islam yang berjumlah lima.
Selain filosofi di atas ada yang berpendapat bahwa iwel-iwel berasal dari doa kepada orang tua dengan kalimat  "rabbighfirli waliwalidayya" yang artnya ampunilah kedua orang tua. Namun karena lidah Jawa untuk melafadkan  'waliwalidayya' kesulitan sehingga berubah menjadi iwel-iwel.
Bagi orang Jawa kelahiran bayi dianggap penting. Setiap bayi yang lahir menjadi harapan baru bagi orang tua, sehingga harapan tersebut digambarkan melalui jajanan tradisional yang disebut iwel-iwel.Â
Memotong  rambut dengan dibacakan sholawat nabi
Dari Samurah bin Jundub bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata,
"Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuhnya, digundul rambutnya dan diberi nama." (HR. Abu Daud no. 2838, An Nasai no. 4220, Ibnu Majah nol. 3165, Ahmad 5/12. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Potong rambut saat bayi juga dianjurkan oleh Rasulullah, akan lebih baik jika diiringi dengan  pembacaan  sholawat Nabi. Sang bayi digendong oleh ayahnya kemudian satu persatu tamu undangan yang dianggap sepuh diberi kesempatan untuk menggunting rambut bayi.
Memberikan nama yang baik