Dua hari yang lalu, saat saya menimang cucu di teras tiba-tiba datang wanita paruh baya. Tampak asing wajahnya, karena bukan tetangga atau family yang saya kenal. Namun, kelihatannya dia sudah mengenal saya dengan baik.Â
Saat saya persilahkan masuk, dia tampak tenang dan penuh harap. "O ya maaf saya kok lupa dengan sampean ya, rumahnya mana dan ada perlu apa gih?", sapa saya sambil mempersilahkan duduk di ruang tamu.
"Ya Bu, kulo ke sini mau melamar pekerjaan, barangkali Ibu membutuhkan Asisten Rumah Tangga(ART) Â kulo mireng Ibu punya cucu", jawabnya penuh harap.
"O gih, bulik, benar saya memang punya cucu, namun saya sudah mempunyai ART, malah baru masuk dua minggu yang lalu" jawabku menjelaskan.
"Waduh saya terlambat Bu",
Ahirnya saya pun menanyakan banyak hal tentang pekerjaan dan kesibukannya selama ini, bagaimana kondisinya, kok sampai ke sini mencari pekerjaan.
Dia pun membuka percakapan sekaligus curhat kondisinya saat ini.
"Maaf Bu gih, saya curhat ya,
"Saya adalah penjual buah pisang di pasar, langganan saya adalah penjual kantin di sekolah-sekolah. Semenjak adanya MBG, dagangan saya sepi bahkan nyaris tidak laku", itulah pengakuan Bulik Sari yang datang ke rumah saya.
Dia juga mengatakan jika sejak adanya MBG ini pedagang penthol, somay dan kantin di sekolah sepi, karena sebagian besar murid sudah tidak jajan lagi. Saat istirahat mereka menikmati MBG yang telah disediakan pemerintah. Lauknya cukup fariative, ada buah, juga susu. Anak-anak pastinya sudah kenyang. Sehingga mereka tidak jajan lagi.