Mohon tunggu...
Runi
Runi Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Menulis di waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berlanjutlah

20 Desember 2011   10:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:00 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Yang paling penting bagiku saat ini adalah merasa bahagia saat bersamanya. Kenapa orang di sekitar ku tidak bisa menerima hal itu? Kenapa mereka melarang ku untuk terus berada disampingnya? Apa yg salah dengan kebersamaan kami?

Mamah sudah memikirkannya lagi. Kamu tetap tidak boleh berhubungan dgn dia!! Mau jadi apa kamu nanti Della? Ini bukan hal yg baru, nantinya kamu akan menyesal. Seandainya kamu jadi dengan dia, kamu akan terus menjadi orang munafik yang mencari kebahagiaan dibawah naungan cinta.”

“Saat ini kalian bekerja, kalau kau ingin berhitung, sini! kita berhitung! Gaji kalian berdua bila digabungkan paling tidak ad 10 jt. Kalian harus tinggal di rumah kontrakkan, biaya makan satu bulan, ongkos kerja kalian 1 bulan, belum lagi bila kalian sudah memiliki anak. Akhirnya kalian nanti akan kembali lagi kerumah orangtua untuk meminta bantuan!!”

“Berumah tangga itu tidak semudah yang kamu kira Della. Kenapa kamu memilih orang yang begitu standard!! Percuma kamu dianugerahi wajah cantik bila masih memilih orang seperti sandi yang kerjanya hanya sebagai karyawan biasa, rumahnya dipinggir kali. Aduuh, bibi mu saja bilang kenapa kamu sampai begitu tega sama mamah. Kenapa kamu tidak bisa memilih pasangan.”

“Della, berumah tangga itu bukan hanya tentang cinta, kalau nanti sudah bersama, akan ada masalah khususnya financial. Munafik kalian bila tidak memikirkan itu. Ayah berkata seperti ini karena ayah takut kamu sengsara nak. Kalau cowok itu pantas bila mengejar cewek, tidak apa dia memberikan apa saja buat kamu. Cinta nya tidak diterima itu juga tidak masalah nak. Dan Kalau kamu mau cowok ganteng, cowok ganteng itu juga masih banyak yang diluar dan yang saleh, yang baik, mapan.”

“Kamu dengar kata mamah Della!! Cari pasangan itu harus melihat bibit, bebet dan bobotnya! Jangan ditembak langsung aja terima! Kamu cari tahu dulu bagaimana keluarganya, rumahnya, jangan asal terima saja!”

Ucapan mamah dan ayah terus terngiang di telinga ku saat melarang ku berhubungan dengan Sandi. Hati ku tersayat mendengarnya. Tangisan ku terus ingin menetes saat aku mengingat hal itu. Mungkin aku memang salah telah menyukai dan menyayangi orang yang juga menyayangiku dengan tulus, tapi tidak memiliki apa-apa. Pekerjaannya hanya sebagai staff bawahan, gaji pun masih besar gaji ku. Mungkin aku salah menyayangi orang yang sudah rela berkorban selama 5 tahun menemaniku tanpa pernah ada wanita lain disisinya selain aku.

Tuhan, bila memang kau menjodohkan ku dengannya mengapa kau buat ku merasa dilema seperti ini? Aku menyayanginya, sampai hampir melupakan kedua orang tua ku. Tapi aku tidak mau menjadi makhluk yang paling durhaka di dunia ini. Apa kau menginginkan ku untuk menyembah mu tanpa seorang pendamping? Apa aku harus sendiri? Aku sungguh sayang padanya. Tapi aku tidak mau melukai orang tuaku.

“Kenapa mamah, ayah gak kasih kesempatan? Kita juga lagi berusaha untuk menjadi orang yang sukses. Mau merubah nasib. Lagi pula, pernikahan itu masih jauh. Kita masiih mau bekerja.”

“Apa? Mau mengulur waktu? Itu lebih buruk lagi. Nanti akhirnya kalian akan ada dijalan yang salah! Apa susahnya melepaskan orang seperti itu? Apa kamu sudah di “makan” sama dia?”

“Mamah! Omongan mamah itu jahat banget! Dai itu orang sopan mah, tidak macam-macam. Kita jalan juga hanya makan, ngobrol, dan selalu sama teman yang lain. Kenapa mamah bisa berfikir seperti itu? Benar-benar jahat!”

“Nah, terus apa susahnya melepas orang seperti dia? Kamu tidak mau kan melihat mamah sakit?”

Aku hanya bisa terdiam di rumah ku sendiri. Ini benar-benar membuatku terasa asing. Air mata ku mengembang di pelupuk. Aku tersudut.

Aku benar-benar menyayanginya, sudah terlanjur menyayangi dan tidak bisa berpisah dari dia. Pernah ku coba untuk mengganti posisinya dihatiku beberapa saat yang lalu, namun gagal. Dia yang bisa menyejukkan hati ku. Selalu ada saat duka, bahkan saat ayah dan mamah sibuk dengan masalah mereka berdua sehingga tidak ada di acara wisudaanku. Dia yang menemaniku. Selalu dia yang disampingku.

Dua hari sudah cukup untuk ku memutuskan apa yang harus aku perbuat. Aku tidak ingin menjadi seorang yang cengeng. Aku akan mempertahankan Sandi. Walaupun tanpa diketahui oleh ayah dan mamah, sehingga mereka masih bisa tersenyum manis padaku.

Apapun yang akan terjadi, biar saja kisah ini mengalir, menjadi kisah tersendiri di tengah kisah yang sudah ada saat ini. Aku hanya belajar untuk tidak terlalu sakit apabila apa yang ayah dan mamah ucapkan menjadi nyata, bila benar dia orang yang tidak baik, aku akan dengan ikhlas melepasnya. Yang penting saat ini adalah hati ku, tidak akan kubiarkan dia labil, merasa sakit tidak karuan, membatin dan merancau. Aku hanya menjaga diriku, sehingga kisah ku berlanjutlah,,,,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun