Mohon tunggu...
Runi
Runi Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Menulis di waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Catatanku, Akhir Penantian

10 April 2018   13:52 Diperbarui: 10 April 2018   14:03 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Handphone ku berdering tepat jam 9 malam, telepon dari Kashi mengejutkanku yang hampir saja memejamkan mata untuk tidur. Harapan langsung terbit di pikiranku, pasti Kashi ingin mengabarkan soal pekerjaan padaku. Aku mengangkatnya dengan penuh semangat, tapi yang kudengar hanya suara lirih diseberang sana, yang meminta ku untuk datang ke sebuah rumah sakit daerah menteng malam itu juga. Kashi sudah memesankan ku jemputan online yang akan membawaku kesana. Ini mengenai kak Nagai, pikirku. Pasti telah terjadi sesuatu padanya. 

Tanpa pikir panjang, aku langsung meraih jaketku dan pamit pada ibuku. Tanpa basa basi, walaupun dengan wajah penuh tanya ibuku mengijinkanku keluar walaupun itu sudah malam. Aku hanya mengatakan ada masalah di kantor, dan ibu langsung mengijinkannya, oh Tuhan!. Sebuah mobil avanza sudah berada di depanku, bertanya apakah aku yang akan ke rumah sakit di daerah menteng dan aku mengiyakannya. 20 menit aku sudah sampai di rumah sakit itu. Bau obat steril dan alkohol menyeruak saat ku masuk kedalamnya. Kashi meneleponku lagi, seakan tahu aku sudah sampai di rumah sakit ini, dia pun langsung meminta ku untuk naik ke lantai 2 ruang mawar vvip.

Sesampainya di lantai 2 aku melihat keluarga koi sudah berkumpul, Ibu dan ayahnya pun berada disana, tahun yang berlalu memberikan beberapa helai putih di rambut mereka berdua, tapi mereka tetap segar tapi terlihat begitu cemas. Aku bertanya-tanya tentang yang terjadi, tatapan Kashi tiba-tiba tertuju pada ku yang tidak beranjak di depan pintu masuk ruangan. Dia menghampiri ku yang bingung dan menjelaskan bahwa kak Nagai tiba-tiba kolapse, sudah hampir seminggu yang lalu. Dia sempat sadar dan menyuruh Kashi untuk menghubungiku. Ya Tuhan, dalam sakitnya Kak Nagai masih memikirkan janjinya padaku.

Kashi menjelaskan bahwa dokter berkata, ini tidak akan lama, mungkin sebulan. Air mataku tiba-tiba mengalir, aku mengerti maksudnya. tapi apa yang membuatnya jatuh sakit lagi? padahal terakhir bertemu dengannya dia begitu sehat, segar. Kashi berkata, bahwa kak Nagai begitu bahagia mengetahui keberadaanku, dia pun langsung ingin menemuiku, dan agar aku tidak khawatir, dia menemuiku dengan melepaskan segala atribut pelindungnya, padahal keluarganya sudah mengingatkan untuk memakainya. Tenggorokanku seakan tercekat, apa karena aku dia berakhir di ruangan ini? apa beberapa jam berbincang-bincang denganku membuat keadaanya yang membaik kembali buruk? aku menangis mengingat pertemuanku dengan Kak Nagai seminggu lalu. 

Aku pikir dia sudah sembuh total. Kashi memberikan sebuah surat, dan mengatakan bahwa kak Nagai ingin aku bekerja di perusahaan keluarganya, ayah dan ibunya pun sudah mengetahuinya. Tadinya Kak Nagai ingin mengangkatku sebagai asisten pribadinya, tapi dia sudah terbaring di ruangan ini, sehingga tidak bisa mengatakannya sendiri. Kashi berkata, bahwa aku harus setiap hari datang menjenguk kak Nagai, karena aku resmi bekerja, sehari setelah aku bertemu dengan kakaknya. Kak Nagai memikirkanku, walaupun dia sedang sakit. Apa yang harus aku lakukan, aku ingin berharap lebih, bukan hanya untuk mendapatkan pekerjaan, tapi untuk kesembuhan kak Nagai juga. 

Aku ditarik masuk ke ruangan dimana kak Nagai terbaring. Tanpa sadar, air mataku menetes kembali, aku menyentuh kepalanya, merapikan rambut yang menyeruak dari topi plastik yang menutupi rambutnya. Muka kak Nagai yang putih tambah terlihat pucat bila terbaring seperti ini. Aku menyentuh bahunya, dan menggenggam tangannya. 

Aku membisikkan kata-kata penyemangat padanya. Aku berusaha untuk tidak terisak. Kashi melihatku, begitu juga dengan keluarganya yang lain. Mereka lalu pergi keluar ruangan, meninggalkan ku bersama kak Nagai. Ruangan ini begitu dingin, apa kakak tidak merasa kedinginan? aku terus menggenggam tangan kak Nagai. 

Aku pun mulai bergumam sendiri, "Pada akhirnya, saat aku merasakan hal yang sama dengan kakak, kakak malah terbaring seperti ini. Apa kakak tidak ingin memberikan aku waktu untuk memulainya kembali? kita mulai dari awal. Aku mau menjadi assistant pribadi kakak, bahkan menempel pada kakak setiap hari tanpa libur pun aku mau. Kakak bilang, kakak sayang aku? aku juga, aku juga kak, aku juga sayang kakak." Aku terisak. Tangan kak Nagai mulai dingin. 

Air mataku terjatuh. Kashi muncul memegang bahuku, menyuruhku untuk pulang saat ini. Aku menggeleng, entah mengapa aku ingin berada di samping kak Nagai, seorang pria yang tiba-tiba menjadi berarti bagiku. Kashi tidak bisa memaksaku untuk pulang, sehingga aku disuruhnya untuk menghubungi keluargaku dirumah.

Mesin monitor tiba-tiba menimbulkan bunyi yang bising. Apa yang salah? apa yang sedang terjadi? Suster masuk ke ruangan ini. Aku dan Kashi diseret keluar ruangan, tapi kami bertahan, aku melihat suster-suster dengan cepatnya melakukan sesuatu pada Kak Nagai, seorang suster memanggil dokter untuk datang kesini. Apa? ada apa? tadi kak Nagai begitu tenang, kenapa tiba-tiba? Aku dan Kashi didorong keluar, beberapa saat kemudian, Kak Nagai dipindahkan keruangan lainnya oleh suster dan dokter. Kami mengikutinya dari belakang. Air mata tanpa sadar menggenang, aku takut. 

Ada apa dengan Kak Nagai? apa ini akhirnya? Apa benar tidak ada kesempatan? Kashi menelpon keluarganya, dia berjalan menjauh dariku, menghilang di lorong. Dokter dan suster membuka pintu ruangan ICCU tempat kak Nagai dibawa, dia menunduk dan mengijinkanku untuk masuk kedalam. Apa yang sebenarnya terjadi? aku melihat Kak Nagai, tetap terbaring, alat-alat sedang dilepas dari badannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun