Mohon tunggu...
Rullysyah
Rullysyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Belajar dan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Duet Anies-Gatot Nurmantyo Bukan Pilihan Buruk di Pilpres 2024

12 Oktober 2022   09:56 Diperbarui: 12 Oktober 2022   10:10 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sekarang menuju Pilpres 2024, pertanyaannya, apakah saat ini elit-elit parpol masih mencari sosok-sosok untuk Cawapres untuk koalisi mereka?  Kalau benar tentu nama Gatot Nurmantyo akan diingat-ingat kembali dan  kembali  masuk pada radar mereka. Tinggal  bagaimana perhitungan matematika politiknya saja.

MENUJU  PILPRES 2024, MENGAPA GANJAR SELALU UNGGUL DI HASIL SURVEY?

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap Pemilu-pemilu yang ada,  apakah itu  Pilpres di negara berkembang seperti  Indonesia, Philipiina maupun negara maju seperti Amerika, ataupun selevel Pilkada (Pilgub dan Pilbup),   sangat sulit menghitung peluang seorang Calon Presiden/ Gubernur  bila hanya berdasarkan hal-hal yang logis seperti  background sekolahnya, pengalaman kerjanya, kinerjanya  hingga penghargaan-penghargaan yang pernah diterima seorang Calon.

Keterpilihan seorang Calon menurut penulis lebih banyak ditentukan 2 faktor utama yaitu : Pertama rasa "Like-Dislike" terhadap seorang Calon dan yang Kedua :"Ikatan Bathin" antara pemilih dan yang dipilih. Ikatan Bathin di sini adalah Rasa satu daerah, satu budaya, satu bahasa dan  Rasa satu agama.

Setelah 2 faktor  itu barulah soal pandangan politik sang calon lalu berikutnya bagaimana prestasi/ pengalaman dari sang Calon yang akan dipertimbangkan.

Jadi  berdasarkan teori tersebut diatas bila menuju Pilpres 2024 ini kita berasumsi  Anies Baswedan  dan  Prabowo Subianto lebih berprestasi dibanding  Ganjar Pranowo. Secara teori diatas Ganjar akan mengungguli keduanya.  Kenapa, karena Ganjar "Lebih Jawa" dibanding Anies dan Prabowo.  Lebih banyak pemilih yang merasa ada ikatan bathin terhadap Ganjar sehingga memilih Ganjar.

Kalau begitu berarti masyarakat Indonesia kurang pendidikan atau bagaimana nih? Tentu tidak. Karena bukan latar belakang pendidikan pemilih yang menentukan tetapi rasa suka tidak suka dan rasa senasib lebih kuat alasannya. Bukan hanya di Indonesia saja.

Tahun 2016 Donald Trump bisa terpilih menjadi Presiden AS itu secara logika tidak masuk akal.  Tapi memang saat itu Trump lebih disukai dari Hillary Clinton.  Begitu juga dengan Bongbong Marcos (Marcos Junior) yang bulan Juni lalu berhasil memenangkan Pilpres Philipina.

Dari pengamatan Penulis Ganjar memang unggul 2 hal dibanding Prabowo dan Anies. Yang pertama Ganjar "Lebih Jawa" dan Yang kedua, Style Ganjar tidak berbeda jauh dengan Style Jokowi.  Gaya berkomunikasi Ganjar hampir sama dengan gaya komunikasi Jokowi.  Dan itu yang membuat sebagian besar pendukung Jokowi lebih memilih Ganjar. Inilah kunci mengapa Ganjar unggul di Survey.

Seandainya nanti  PDIP memang akan mengusung Ganjar,  sepertinya Ganjar hanya butuh tambahan dukungan beberapa parpol  besar dan dana kampanye secukupnya untuk dapat memenangkan Pilpres 2024.  

Ganjar butuh relawan-relawan sekedarnya.  Ganjar tidak butuh  ribuan pasukan buzzer apalagi buzzer-buzzer seperti Denny Siregar, Eko Kuntadhi  yang jelas-jelas track recordnya hanya merusak / mempolarisasi rakyat. Tanpa Buzzer Ganjar bisa menang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun