Sebagai seseorang yang kerap dimintai tolong oleh keluarga atau teman ketika ada komputernya yang bermasalah, saya merasa pencapaian tertinggi saya bukanlah saat berhasil merakit PC yang langsung bisa nyala tanpa masalah. Bukan juga saat sukses membersihkan virus tanpa ada file yang rusak.
Buat saya, momen paling memuaskan adalah ketika sebuah komputer yang katanya sedang error tiba-tiba sembuh total bahkan sebelum sempat saya sentuh. Cukup saya datangi, berdiri di sampingnya, dan simsalabim!, komputernya normal lagi.
Kalau kamu adalah seorang IT support atau orang yang sering jadi tumpuan harapan bagi yang komputernya bermasalah, pasti paham betul maksud saya.
Ini adalah sebuah fenomena gaib yang entah kenapa begitu sering terjadi. Kita datang dengan tas penuh hardware, obeng berbagai ukuran, flash disk berisi puluhan software diagnostik, siap tempur layaknya seorang ghostbuster di dunia digital. Tapi nyatanya semua persiapan itu seringkali sia-sia.
"Sumpah, Tadi Nggak Bisa Sama Sekali!"
Kalimat itu, wahai para pejuang IT support, adalah lagu kebangsaan kita. Biasanya diucapkan dengan nada panik bercampur heran oleh si empunya komputer. "Tadi layarnya nggak nyala kok!" atau "Ini nggak bisa diklik sama sekali, beneran!" lanjut mereka, berusaha meyakinkan kita (dan mungkin diri mereka sendiri) bahwa mereka tidak sedang berhalusinasi.
Kita hanya bisa mengangguk-angguk maklum, tersenyum tipis, sambil dalam hati merapal mantra, "Udah di-restart belum?"
Tentu saja, kita tidak menanyakannya secara langsung untuk menjaga marwah mereka. Kita biarkan mereka menceritakan kronologi yang baru saja mereka alami.
Padahal seringkali jawabannya memang sesederhana itu. Proses mematikan dan menyalakan ulang, sebuah ritual sakral dalam dunia perkomputeran yang sering dilupakan oleh pengguna awam.
Saat mereka menelepon dalam kepanikan, mereka mungkin lupa sudah berapa lama komputer itu menyala tanpa henti. Saat kita dalam perjalanan, mereka iseng-iseng menekan tombol restart. Dan saat kita tiba, masalahnya sudah menguap begitu saja. Kita cuma kebagian cerita keluhannya.
Kekuatan Gaib atau Kabel Longgar?
Tentu saja, tidak semuanya soal restart. Ada beberapa penjelasan logis di balik "kesaktian" ini. Mari kita bedah beberapa kemungkinannya, biar tidak terlalu terkesan mistis.
Pertama, efek pergeseran. Saat kita datang, si pemilik biasanya akan menggeser posisi komputernya agar kita bisa lebih leluasa "mengobatinya".
Nah, pergeseran kecil inilah yang kadang jadi pahlawan sesungguhnya. Mungkin ada kabel yang sedikit kendor jadi kencang kembali. Dongle USB yang posisinya kurang pas jadi pas lagi. RAM yang sedikit goyang karena getaran akhirnya kembali ke slotnya dengan sempurna. Masalah sepele yang tidak terlihat, selesai dengan sendirinya.
Kedua, masalah panas berlebih (overheating). Komputer yang dipakai main game atau kerja berat berjam-jam bisa saja mengalami throttling atau bahkan mati mendadak karena kepanasan.
Throttling adalah mekanisme yang dilakukan sistem komputer untuk membatasi kinerja suatu komponen (seperti CPU, GPU, atau jaringan) guna mencegah kerusakan atau menjaga stabilitas.
Jeda waktu antara telepon panik mereka dan kedatangan kita memberikan waktu bagi mesin itu untuk mendinginkan kepala dan hatinya. Begitu kita sampai, suhu sudah kembali normal, dan komputer pun bisa berjalan seolah tanpa dosa.
Aura IT Support dan Efek Plasebo
Tapi ada satu teori yang paling saya suka: aura sebagai "orang yang ngerti komputer". Kehadiran kita seolah memberikan efek plasebo pada perangkat elektronik.
Sama seperti seorang dokter yang kehadirannya saja sudah bisa membuat pasien merasa sedikit lebih baik, mungkin komputer pun merasakan hal yang sama. Mereka segan untuk berulah di depan orang yang ngerti.
Mungkin juga, saat kita datang si pengguna jadi lebih tenang. Mereka mencoba mengulangi masalahnya di depan kita dengan lebih teliti, dan tanpa sadar, mereka melakukan urutan yang benar.
Klik yang tadinya salah, sekarang jadi benar. Langkah yang terlewat, kini diingat kembali. Mereka memperbaiki masalahnya sendiri, tepat di depan mata kita, dan memberikan semua pujiannya pada "aura ajaib" kita.
Pada akhirnya, apa pun alasannya, fenomena ini adalah bagian dari suka duka menjadi IT support dadakan. Kita mungkin tidak jadi membongkar casing, tidak jadi pamer keahlian analisis error, tapi kita berhasil menyelesaikan masalah.
Yang terpenting, kita dapat predikat "hebat" hanya dengan modal datang dan berdiri manis. Bukankah itu sebuah pencapaian yang luar biasa? Bukan begitu, wahai para IT support?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI