"Pak, tapi bagaimana kita memastikan mereka mau dijodohkan?" tanya salah satu peserta rapat dengan hati-hati.Â
"Itu mudah. Kita adakan acara speed dating," jawabnya santai.
"Pemain-pemain naturalisasi kita undang ke sebuah hotel mewah. Perempuan-perempuan terbaik dari seluruh Indonesia juga diundang. Lalu mereka saling mengenal. Kalau cocok, ya langsung kawin."Â
Seorang peserta lain mengangkat tangan, "Pak, bagaimana kita menentukan 'perempuan terbaik' itu?"Â
Bapak Pencetus Ide Besar berpikir sejenak, "Kriteria itu harus jelas. Misalnya, tinggi minimal 170 cm, IQ di atas 120, dan harus bisa masak rendang atau minimal nasi goreng lah. Kita ini tidak main-main, ini proyek nasional!"Â
Beberapa peserta mulai berbisik-bisik. Ada yang terlihat khawatir ide ini akan menjadi bahan tertawaan publik, tapi tak ada yang cukup berani untuk menentang secara langsung.Â
"Pak, bagaimana kalau anak hasil jodoh ini nantinya tidak mau jadi pemain sepak bola? Misalnya, mereka malah mau jadi seniman atau ilmuwan?" ujar seorang peserta rapat.
"Ah, itu soal kecil. Kita wajibkan mereka masuk akademi sepak bola sejak usia lima tahun. Kalau perlu, kita keluarkan aturan baru: setiap anak hasil program ini harus menandatangani kontrak dengan tim nasional sejak lahir," jawabnya sambil melambaikan tangan.
Seisi ruangan kembali hening. Dalam hati, beberapa orang mulai bertanya-tanya apakah ide ini serius atau hanya skenario acara reality show pencarian jodoh.Â
Lalu seorang peserta rapat yang sudah tidak tahan akhirnya berbicara.