Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pascasarjana Tidak Ada Pengaruhnya Buat Saya

24 Januari 2024   13:18 Diperbarui: 24 Januari 2024   13:30 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Pavel Danilyuk: www.pexels.com

Topik pilihan di Kompasiana minggu ini membuat saya tergelitik untuk menulis lagi dan memberikan sedikit opini dari sudut pandang saya. Saya sudah punya gelar S1, tapi tidak punya keinginan sama sekali untuk lanjut S2 apalagi S3, setidaknya untuk saat ini. Kenapa?

Tidak ada pengaruhnya buat karier

Saya sudah bekerja selama hampir dua dekade, dan selama itu pula tidak ada perusahaan yang menuntut saya untuk punya gelar S2. Gaji saya juga terus meningkat sesuai dengan jangka waktu dan prestasi kerja saya, bukan karena gelar akademik saya. Bagi perusahaan tempat saya bekerja, yang penting adalah kualitas dan hasil kerja saya, bukan ijazah saya.

Tapi bukan berarti gelar pascasarjana tidak diperlukan. Beberapa profesi memang memerlukan gelar pascasarjana untuk mencapai jabatan atau gaji tertentu, di dunia akademis misalnya. Nah, berhubung jalur karier saya bukan di dunia akademis, jadi buat apa saya melanjutkan ke S2? Buang-buang waktu dan biaya.

Beban finansial

Ngomong-ngomong soal biaya, ini juga menjadi salah satu faktor yang membuat saya enggan lanjut ke S2. Pikiran untuk terjun lebih dalam ke dalam jurang beban keuangan hanya untuk mendapatkan beberapa huruf lagi untuk ditambahkan ke belakang nama saya, sejujurnya kurang menarik. Apalagi jika harus tenggelam dalam lautan utang demi mengejar gelar yang lebih tinggi. Itu adalah sebuah gagasan yang mengerikan.

Saya ambil contoh, mengutip dari situs Univeritas Terbuka, biaya kuliah per semesternya Rp8.500.000. Belum lagi biaya pendaftaran, sidang, registrasi ulang hingga wisuda. Lebih baik saya bekerja mencari uang ketimbang mencari gelar.

Tidak mendahulukan ego pribadi

Menempuh studi S2/S3 hanya untuk memenuhi kebutuhan ego pribadi mungkin bukan alasan yang tepat. Saya tidak punya keinginan untuk mendapatkan gelar Master atau Doktor hanya didorong oleh niat untuk membuktikan kecerdasan atau status sosial. Saya hanya ingin fokus pada tujuan karier atau tantangan pribadi yang lebih substansial.

Elon Musk saja khawatir

Sedikit bergeser dari alasan saya enggan lanjut ke pascasarjana, saya akan beralih ke pendapat Elon Musk tentang pemilik gelar pascasarjana dalam dunia kerja. Dalam sebuah wawancara yang bisa disaksikan di YouTube, Elon Musk menjelaskan bahwa terlalu banyak orang dengan gelar MBA di sebuah perusahaan justru akan menghancurkan perusahaan.

Ia menyebut masalah ini sebagai "MBA-ization of America". Musk mengkritik fenomena di mana seseorang lulus dari sekolah MBA bergengsi dan langsung menjadi pimpinan tanpa benar-benar memahami cara kerja sesuatu. Meskipun mereka mungkin mahir dalam presentasi PowerPoint, mereka seringkali tidak memiliki pemahaman yang dalam tentang bagaimana hal-hal sebenarnya berjalan karena mereka tidak pernah melewati tahap magang atau proses pembelajaran secara menyeluruh.

Menurut Musk, masalah utama terletak pada persepsi orang terhadap gelar MBA, di mana banyak yang melihatnya sebagai tiket instan untuk menjadi atasan tanpa perlu memperolehnya melalui pengalaman dan pengabdian yang sebenarnya. Dia menegaskan bahwa ini bukanlah pendekatan yang baik dalam menciptakan produk-produk yang luar biasa.

Fenomena yang dikeluhkan oleh Musk ini pernah terjadi di perusahaan tempat saya pernah bekerja. Jadi ceritanya ada seorang lulusan S2 dari universitas di luar negeri ingin melamar ke perusahaan. Namun setelah wawancara, bos saya langsung menolaknya. Ia mengatakan bahwa si lulusan S2 ini tidak bisa apa-apa. Padahal bos saya sendiri tidak pernah lulus kuliah, alias mantan mahasiswa yang drop out.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun