Mohon tunggu...
Ruki Setya
Ruki Setya Mohon Tunggu... Guru - momong anak-anak

menghabiskan waktu bersama anak-anak di kampung dengan bermain bola dan menulis untuk berbagi pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terhempas

4 Desember 2023   08:43 Diperbarui: 4 Desember 2023   08:51 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, Pras izin dengan Dewi kalau pulangnya mungkin agak malam tersebab banyak pekerjaan laporan yang harus selesai hari ini. Dewi menyepakati. Kebetulan sore nanti, Dewi juga ada acara bezuk Bu Laras yang opname di Rumah Sakit. Maka dari itu acara bezuk di rumah sakit bersama ibu-ibu PKK tidak harus pulang tergesa-gesa. Kesempatan bagi Dewi untuk refreshing. Sekali-kali tidak berkutat dengan pekerjaan rumah tangga .

Ibu-ibu PKK yang akan bezuk ke Rumah Sakit sudah berkumpul di halaman rumah Dewi. Mobil pun sudah siap, maka semua masuk ke dalam mobil. Rombongan bezuk itu berangkat ke Rumah Sakit.

Sampai di rumah sakit, rombongan bergegas menuju ruang Anggrek di kamar nomor 20, di lantai 2. Kondisi Bu Laras sudah mulai segar. Sakit yang diderita Bu Laras memang tidak berat. Kata dokter, Ia hanya perlu istirahat. Setelah beberapa saat, Dewi bersama rombongan segera berpamitan karena waktu bezuk terbatas. Dewi mewakili rombongan mendoakan Bu Laras agar segera pulih dan sehat kembali.

Di mushola rumah sakit kumandang adzan telah terdengar. Dewi dan rombongan ibu-ibu segera keluar dari kamar perawatan Bu Laras. Mereka sengaja tidak mengambil turun lift. Mereka menyusuri koridor agar bisa mengeksplor suasana dalam rumah sakit. Keluar dari ruang perawatan, mereka melewati beberapa ruangan yang aktivitasnya masih sibuk memberi pelayanan. Klinik pengobatan dan konsultasi masih open. Wajar ini adalah rumah sakit swasta yang dokter prakteknya mulai buka dari pukul 16.00 sampai dengan 21.00 wib. Dewi berjalan pelan. Beberapa kali smartphonenya bunyi, membalas chat yang masuk.  Hingga Ia tertinggal dengan rombongan beberapa langkah di belakang. Di persimpangan lorong klinik-klinik ruangan, Dewi melongokkan pandangannya ke kanan. Di sana ada klinik kandungan dan kebidanan –dr. Ahmad Wirawan,Sp.OG-. Di depan klinik itu masih ada beberapa pasien menunggu antrian. Namun yang menjadi perhatian Dewi bukan mereka yang sedang duduk menunggu panggilan.

Di temaramnya lampu malam, dua sosok keluar dari ruang klinik kandungan. Dewi yang menemui pemandangan itu hampir tak percaya. Berkali-kali ia menggosok matanya. Diusia empat puluhan itu belumlah menunjukkan adanya kerabunan. Normal dan masih jelas melihat obyek sejauh mata memandang. Dewi mengulangi melihat dua sosok itu. Dan sekali lagi Ia mengusap matanya. Dua orang pria dan wanita yang keluar dari klinik kandungan berjalan membelakangi Dewi. Dewi dengan jelas mengenalnya. Untuk yang ketiga kalinya Dewi menajamkan penglihatan dan menguatkan hatinya untuk memastikan bahwa dua sosok itu adalah benar. Ia perhatikan dengan seksama meskipun jantungnya berdebar. Ia saksikan wanita itu berjalan dengan menyandarkan kepala di bahu pria dengan manja. Sementara tangan wanita itu melingkar di pinggang. Si Pria berbicara sambil tangannya mengusap perut si wanita. Sesekali tangan si pria mengusap rambut wanita dengan rasa sayang yang berlebih.

Semua adegan yang tak terduga itu terekam dalam memori otak dan hati Dewi. Semua jelas dan tanpa sensor. Dewi mencoba untuk bertahan. Setidaknya Dewi ingin menemui dan bicara baik-baik agar semua masalah bisa diselesaikan tanpa harus saling menyakiti.


“Mas Pras.., Astuti.., apa yang kau lakukan selama ini? Astagfirullahaladzim!”

Tak terasa keringat dingin mulai membasahi kening, leher dan tangan Dewi. Tubuhnya mulai lemas gemetar. Pandangannya masih tertuju pada sosok yang semakin menjauh dan menghilang di tikungan lorong rumah sakit. Dan pandangan Dewi semakin kabur, gelap. Banyak kunang-kunang memenuhi kelopak matanya. Sedetik kemudian, Ia lunglai. Tubuh Dewi jatuh ke lantai. Ibu-ibu yang tahu Dewi tergeletak di lantai, segera berhamburan. Menggoyang tubuh Dewi yang lemas tanpa daya. Ibu-ibu mencoba lagi untuk membangunkannya namun masih tak ada reaksi.  Dewi sudah tak ingat apapun. Dewi pingsan menyaksikan kebahagiaan suaminya, Prasetya Wibawa, bersama wanita lain, Astuti, teman sekantor suaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun